PARAMETER AIR LIMBAH
Cara pengukuran yang dilakukan
pada setiap karakteristik air limbah sesuai dengan keadaannya. Analisis jumlah
dan satuan diterapkan untuk penelaahan bahan kimia, sedangkan analisis dengan
menggunakan penggolongan diterapkan untuk menganalisis kandungan biologis
(Sugiharto, 1987). Air limbah agar sesuai dengan baku mutu, maka perlu
pengolahan sehingga air limbah tersebut tidak mencemari badan air. Pengolahan
air limbah dilakukan setelah mengetahui kelayakan akan limbah tersebut, maka
diukur dengan parameter (Effendi, 2003). Parameter yang digunakan dalam
pengolahan air limbah sebagai berikut.
BOD adalah banyaknya
oksigen dalam ppm atau miligram per liter (mg/L) yang diperlukan untuk
menguraikan benda organik oleh bakteri supaya limbah tersebut menjadi jernih
kembali dan diperlukan waktu 100 hari pada suhu 20º C, tetapi di laboratorium
dipergunakan waktu 5 hari sehingga dikenal sebagai BOD5 (Sugiharto, 1987).
Jasad renik yang ada di dalam air limbah akan menggunakan oksigen untuk
mengoksidasi bahan organik. Oksigen yang digunakan adalah oksigen yang terlarut
di dalam air, apabila pemberian oksigen tidak seimbang dengan kebutuhan bakteri
maka oksigen yang terlarut akan turun mencapai titik nol, kehidupan dalam air
akan mati, dan kedaan menjadi anaerobik sehingga menimbulkan bau busuk pada air
tersebut (Alaert dan Santika, 1984).
BOD digunakan untuk
mengukur kebutuhan oksigen mikroorganisme yang diperlukan dalam menguraikan
bahan organik di dalam air limbah dan semakin besar angka BOD menunjukkan bahwa
derajat pengotoran air limbah semakin tinggi (Sugiharto, 1987). Angka BOD
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi)
hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat organis yang
tersuspensi dalam air (Alaert dan Santika, 1984). Pemeriksaan BOD didasarkan
atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air dan proses
tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik (Sugiharto, 1987).
Oksidasi bahan
organik karbon mencapai 95-99% pada waktu 20 hari dan dalam waktu 5 hari
sekitar 60-70% bahan organik telah terdekomposisi (Metcalf and Eddy, 2003).
Pada hari ke 5 dikenal sebagai BOD L dan hari ke 12 terjadi proses nitrifikasi
dan mengoksidasi amoniak. Kebutuhan oksigen
mempunyai nilai terbaik setelah mencapai waktu 50 hari yang dikenal
sebagai BOD LN (Sugiharto, 1987).
Temperatur 20o C adalah temperatur standard untuk inkubasi analisis BOD karena mikroba mampu bertahan
hidup dan berkembang biak pada suhu tersebut
(Metcalf and Eddy, 2003).
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau
miligram per liter yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda
organik secara kimiawi (Sugiharto, 1987). Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemar air oleh zat-zat organis yang secara ilmiah dapat dioksidasikan
melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
di dalam air (Alaerts dan Santika, 1984). Analisis COD berbeda dengan analisis
BOD namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dapat ditentukan. Perbandingan angka
tersebut untuk beberapa jenis air dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Rata-rata Angka BOD5/COD
Jenis
Air
|
Rasio BOD5/COD
|
Air buangan domestik (penduduk)
|
0,40-0,60
|
Air buangan domestik setelah
pengendapan primer
|
0,60
|
Air buangan domestik setelah
pengolahan secara biologis
|
0,20
|
Air sungai
|
0,10
|
Sumber:
Alaerts dan Santika (1984)
Total Suspended
Solid (TSS) adalah jumlah
berat dalam miligram per liter (mg/L)
kering lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan
membran berukuran 0,45 mikron (Sugiharto, 1987). Prinsip kerja untuk menganalisis
TSS adalah gravimetri (Effendi, 2003). Gravimetri merupakan salah satu
metode analisis kuantitatif
suatu zat atau komponen
yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan
murni setelah melalui proses pemisahan (Alaerts dan Santika, 1984).
4) Kekeruhan
Kekeruhan (turbidity) adalah ukuran yang
menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air. Kekeruhan
disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini
membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi kualitas air
tersebut (Sugiharto, 1987).
5) Potential of Hydrogen (pH)
Potential of Hydrogen (pH) atau disebut
dengan derajat keasaman dan konsentrasi ion hidrogen. pH atau konsentrasi ion
hidrogen adalah ukuran kualitas dari air baku dan juga air limbah. pH yang baik
bagi air minum dan air limbah adalah netral. Nilai pH dibawah 7 menyebabkan air
tersebut asam dan mengganggu proses penjernihan karena proses biologis tidak
dapat berjalan dengan baik (Sugiharto, 1987).
6) Suhu
Suhu air merupakan
parameter yang sangat penting karena efeknya pada reaksi kimia dan laju reaksi,
kehidupan air, dan ketersediaan air untuk kebutuhan (Metcalf and Eddy, 2003).
Kenaikan suhu pada air limbah akan menyebabkan penurunan kadar oksigen
terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang
tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin terjadi pada air limbah
(Chernicharo, 2007). Pengolahan air limbah pada industri daging dan produknya
ditujukan untuk mengurangi kelarutan dan campuran zat organik (darah, protein,
dan lemak), maka parameter yang digunakan dalam pengolahan air limbah RPH
adalah BOD dan TSS (Sugiharto, 1987).
Daftar Pustaka:
- Alaert, G. dan Santika S. S., 1984. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional, Surabaya. 86-160.
- Chernicharo, C. A. L., 2007. Anaerobic Reactors-Biological Wastewater Treatment Series Volume.4. IWA, London. 17-20.
- Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius, Yogyakarta. 61 -157.
- Metcalf and Eddy., 2003. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse. Edisi IV. McGraw Hill Inc. New York.
- Sugiharto., 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press, Jakarta. 28.
Comments
Post a Comment