(Sumber gambar: https://bangaziem.files.wordpress.com)
Sejarah Ratib al Haddad
Ratib al Haddad diambil dari nama penyusunnya, yakni al
Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad al Haddad (1055-1132 H.). Dari beberapa
doa-doa dan dzikir-dzikir yang beliau susun, Ratib al Haddad inilah yang paling
terkenal dan masyhur. Ratib al Haddad disusun berdasarkan inspirasi, pada malam
lailatul Qodar 27 Ramadan 1071 H. (tebuireng.online)
Ratib al Haddad disusun untuk memenuhi permintaan seorang
murid beliau bernama Amir dari keluarga Bani Sa’ad yang tinggal di Syibam,
salah satu perkampungan di Hadramaut, Yaman. Tujuan Amir meminta Habib Abdullah
untuk mengarang Ratib, Agar diadakan suatu wirid dan dzikir di kampungnya, agar
mereka dapat mempertahankan dan menyelamatkann diri dari ajaran sesat yang
sedang melanda Hadramaut ketika itu. (tebuireng.online)
Pertama-tama, Ratib ini hanya dibaca di kampung Amir
sendir,i yaitu Kota Syibam setelah mendapat izin dan ijazah dari al Habib
Abdullah bin Alwi al Haddad sendiri. Selepas itu, Ratib ini pun dibaca di
Masjid al Hawi milik beliau yang berada di kota Tarim. Biasanya Ratib ini
dibaca secara berjamaah setelah shalat ‘isya’. (tebuireng.online)
Pada bulan Ramadan, ratib ini dibaca sebelum shalat Isya
untuk mengisi kesempitan waktu menunaikan shalat Tarawih. Ini adalah waktu yang
telah ditentukan oleh al Habib Abdullah bin Alwi al Haddad untuk daerah-daerah
yang mengamalkan Ratib ini. Biidznillah, daerah-daerah yang mengamalkan ratib
ini selamat dan tidak terpengaruh dari kesesatan tersebut. (tebuireng.online)
Setelah al Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad berangkat
menunaikan ibadah Haji, Ratib al Haddad mulai dibaca di Mekkah dan Madinah. Al
Habib Ahmad bin Zain al Habsyi berkata, “Barang siapa yang membaca Ratib al
Haddad dengan penuh keyakinan dan iman, ia akan mendapat sesuatu yang di luar
dugaannya”. (tebuireng.online)
Setiap ayat, doa, dan nama Allah yang disebutkan di dalam
ratib ini diambil dari bacaan Al Quran dan Hadis Rasul SAW. bilangan bacaan di
setiap doa dibuat sebanyak tiga kali, karena itu adalah bilangan ganjil
(witir). Semua ini berdasarkan arahan dari al Habib Abdullah bin Alwi al Haddad
sendiri. (tebuireng.online)
Berikut link untuk download teks/bacaan Rotibul Haddad klikdisini
Comments
Post a Comment