KEPEMIMPINAN DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Muhammad
Abdus Salam Jawwad
Program
Studi Ilmu dan Teknologi Lingkungan
Universitas Airlangga
Surabaya
Desember 2015
asjawad@yahoo.com
PENDAHULUAN
Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara
dari seorang pemimpin (leader), dalam mengarahkan, mendorong, dan mengatur
semua unsur-unsur didalam suatu organisasi untuk mewujudkan suatu tujuan yang
akan dicapai, sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Dengan
meningkatnya kinerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau
pegawai dalam mencapai tujuan organisasi.
Untuk meraih tujuan tersebut harus di upayakan
bagaimana cara seorang pemimpin dapat memberikan dorongan semangat kerja kepada
karyawan, agar sasaran maupun tujuan yang di rencanakan secara bersama dapat
mencapai target. Selain itu, pemimpin dapat memberikan promosi jabatan bagi
karyawan yang berprestasi agar, terciptanya kepuasan kerja karyawan.
Selain memberikan promosi jabatan, seorang pemimipin
harus memikirkan kesenangan terhadap karyawannya dengan memberikan gaji/upah
yang sesuai, kemudian memberikan tunjangan setiap tahun, dan memberikan cuti.
Dengan memberikan kompensasi tersebut karyawan akan memiliki kepuasan kerja
maupun semangat kerja yang tinggi untuk mencapai suatu target.
Dengan demikian, untuk menjadi pemimpin (leader) harus
memiliki ambisi, tanggung jawab, mempunyai semangat yang tinggi untuk
memberikan motivasi terhadap karyawan, kecerdasan, kedewasaan, keluasan
hubungan sosial, dan berani dalam mengambil keputusan. Agar yang direncanakan
oleh perusahaan tersebut dapat terealisasikan.
KAJIAN TEORITIS
Menurut
Malayu S.P. Hasibuan (2002:10): “manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan
seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat”. Menurut Gary
Dessler (2004:2) “manajemen sumber daya manusia adlah proses memperoleh,
melatih, menilai, dan memberikan kompenisasi kepada karyawan, memperhatikan
hubungan kerja mereka, kesehatan dan keamanan, serta masalah keadilan”.
Pengertian Kepemimpinan
a.
Kepemimpinan telah didefinisikan dengan
berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang berbeda. (T.Hani Handoko,
2000 : 294)
b.
Kepemimpinan adalah cara atau gaya seorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. (Hasibuan, 2000 : 167)
c.
Kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi
perilaku orang lain baik secara individu maupun kelompok agar melakukan
aktivitas dalam usaha mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
(Ulbert
Silalahi, 2002 : 184)
d.
Kepemimpinan adalah keseluruhan aktifitas
atau tindakan untuk mempengaruhi serta menggiatkan orang-orang dalam usaha
bersama untuk mencapai tujuan. (Terry, 2006 : 160)
e.
Kepemimpinan adalah seni kemampuan
mempengaruhi perilaku manusia dan kemampuan untuk mengendalikan orang-orang
dalam organisasi agar perilaku mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan
oleh pimpinan. (Yayat M.Herujito, 2004 : 179)
Tipe-tipe Kepemimpinan
a.
Tipe
pemimpin pribadi, pemimpin yang tergolong tipe ini mempunyai hubungan
langsung dengan para pegawainya. Kepemimpinan semacam ini biasanya sangat
efektif didalam usaha apa pun baik kecil
maupun besar.
b.
Tipe
pemimpin non-pribadi, tipe pemimpin semacam ini hubungannya
dengan para pegawainya sama sekali kurang atau berjalan tidak langsung, karena
kepemimpinan yang dilakukan melalui cara-cara yang personal seperti
perintah-perintah tertulis, keputusan-keputusan, pengamanan-pengamanan yang
mengandung adanya bimbingan, rencana panji dan sumpah.
c.
Tipe pemimpin
otoriter, suatu
bentuk kepemimpinan yang mempunyai karakteristik negatif dan sangat egois
terhadap para bawahan.
d.
Tipe
pemimpin demokratis, dalam tipe kepemimpinan demokratis
golongan pelaksana berpartisipasi penuh dalam mencapai tujuan organisasi tanpa
ada rasa paksaan, disamping itu turut mengembangkan pemikiran-pemikiran dalam
menentukan dan atau memutuskan metode-metode yang terbaik dalam pelaksanaan
pekerjaan atau dengan pengertian lain.
e.
Tipe
kepemimpinan paternalitas (kebapaan), suatu tipe pemimpin
yang bersifat seperti bapak yaitu sebagai pendidik, pengasuh, pembimbing,
penasihat, tukang memerintah dan kurang mau menerima pendapat pengikutnya.
f.
Tipe
pemimpin alamiah, tipe kepemimpinan yang terbentuk tanpa ada yang
mengangkat atau dengan kata lain kepemimpinan yang terjadi secara spontan yaitu
atas dukungan dari para pengikut-pengikutnya.
g.
Tipe
pemimpin militeristis, model kepemimpinan yang kaku karena dalam
mengarahkan pengikut-pengikutnya selalu bergantung pada pangkat dan jabatannya,
senang kepada formalitas yang berlebihan dan tidak mau dikritik, menggemari
atau menyukai upacara-upacara dan penghormatan yang berlebihan.
h.
Tipe
kepemimpinan kharismatis, mempunyai daya tarik yang amat besar
terhadap pengikut-pengikutnya, seakan-akan dalam diri pemimpin tersebut
terdapat suatu kekuatan yang luar biasa sehingga dalam waktu singkat banyak
pengikutnya, dan pengikutnya tersebut tidak mengerti mengapa mereka terbius
untuk mengikutnya.
i.
Tipe
pemimpin yang terbuka, tipe kepemimpinan ini corak hampir sama
dengan tipe kepemimpinan demokratis, namun perbedaanya terletak dalam
pengambilan keputusan, dimana dalam hal ini keputusan berada ditangan pemimpin.
j.
Tipe
pemimpin konservatif, dalam kepemimpinan ini diharapkan seorang
pemimpin dapat memperjuangkan hal-hal yang sudah lewat dan dapat pula
memperjuangkan hal-hal baru dan perubahan sosial.
k.
Tipe
pemimpin partisan, suatu corak kepemimpinan yang memihak, selalu pro dan
kontra terhadap sesuatu. Pertimbangan dalam memihak demi kepentingan
kelompoknya.
l.
Tipe
pemimpin yang bertahan dan serba terima, suatu tipe
kepemimpinan yang mempunyai kepercayaan penuh terhadap pembantu-pembantu atau
penasihat-penasihatnya. Dia lebih suka menerima yang dianggap baik dari orang
kepercayaannya.
m.
Tipe
pemimpin yang serba menimbun, corak kepemimpinan sejenis ini sifatnya
tertutup, kurang menerima hal-hal baru dan menganggap dirinya selalu yang
benar, tidak menginginkan adanya kaderasi takut “dilangkahi” atau digeser.
n.
Tipe
pemimpin menyerang atau mengisap, corak kepemimpinan jenis berpedoman
terhadap perasaannya bahwa sumber segala kebaikan berada dari luar yaitu dengan
merebut dari orang lain dengan jalan kekerasan bila perlu dengan cara tipu
msulihat.
o.
Tipe
pemimpin marketing, suatu corak kepemimpinan yang selalu
berorientasi ke masa depan organisasi yaitu dengan selalu meningkatkan
kemampuan atau dengan kata lain memperlakukan dirinya sebagai barang dagangan.
p.
Tipe
pemimpin produktif, suatu tipe pemimpin yang produktif dimana
segala kecerdasan, kecakapan, dan kekuatannya diberikan kepada organisasi yang
dipimpinnya hingga menjadi kenyataan.
Di dalam kedudukan
sebagai seorang pemimpin, pengaruh keadaan sekitar tetap tidak dapat dilepaskan
sama sekali, baik pengaruh dari dalam, maupun pengaruh dari luar kelompok atau
organisasinya. Atas pengaruh-pengaruh
yang ada, maka dalam pembuatan kebijakan akan terdapat tiga sumber
penting. Sebagaimana yang dikemukakan Anoraga (2001:23) yaitu : (1) Bersumber dari pihak yang lebih berkuasa,
termasuk di dalamnya aturan-aturan yang berada di luar kelompoknya akan tetapi
tetap memberikan pengaruh terhadap kehidupan kelompoknya, (2) Bersumber dari
pihak bawahan, bagaiman juga bawahan sebagai pengikut, tetap memegang peran
yang tidak kecil dalam menentukan pencapaian tujuan bersama, (3) Bersumber dari
dirinya selaku pemimpin, maka sebagai seorang pemimpin otonomi dipegangnya
untuk menetapkan keputusan mengenai suatu kebijakan yang akan diambil.
Dari pendapat
tersebut dapat dikatakan bahwa melalui wewenang yang luas, pemimpin mempunyai
ruang gerak yang luas pula. Ketajaman pandangan pengikut terhadap pimpinannya
bukan merupakan hal yang luar biasa. Sorotan dan penilaian terhadap diri
pemimpin dapat terjadi. Sejauh itu pula kebaikan dan keburukan yang dilakukan
pimpinan menjadi perhatian para pengikut. Terlepas dari baik dan buruk,
tentunya sikap, tindak dan cara dari seseorang pemimpin, diharapkan dapat
dijadikan contoh atau teladan untuk ditiru dan diikuti oleh para pengikutnya.
Tingkat penilaian yang dihasilkan oleh para pengikut, dapat mencerminkan akan
kebaikan atau keburukan kelompok secara keseluruhan. Atas dasar
pandangan-pandangan ini pemimpin selaku tokoh dengan tingkat wewenang yang
tinggi mendapatkan penilaian dari para pengikut melalui pencerminannya, maka
dapat dianggap bahwa seorang pemimpin mencapai menempati kedudukan sebagai
lambang dari kelompoknya. Cap terhadap kelompok secara menyeluruh, dapat timbul
dan terbentuk dari cap yang diterapkan terhadap pimpinannya secara tersendiri.
Dalam keadaan yang demikian turut memegang
peran dalam masalah kedudukan seorang pemimpin. Kesediaannya menerima kesalahan turut memegang peran
dalam masalah kedudukan sebagai pemimpin. Mengakui kesalahan tidak berarti pula
menurunkan derajat pimpinan, melainkan menaikkan tingkat derajat seorang
pemimpin, daripada mencari alasan-alasan yang tidak masuk akal hanya untuk
menutupi kesalahan yang memang salah.
Anoraga (2001:24)
berpendapat bahwa kecakapan-kecakapn yang diperlukan untuk menjadi seorang
pemimpin, tidak terlepas pula dari masalah kepribadian itu sendiri. Masalah
kepribadian pemimpin, mempunyai kemungkinan pula untuk dibentuk dalam diri
setiap orang, demikian dengan kecakapan-kecakapan yang diperlukan untuk menjadi
pemimpin.
Dengan demikian
peran-peran dari seorang pemimpin seperti disebutkan di atas, dapat dikatakan
sebagai suatu bagian terkecil dari tunututan-tuntan yang timbul terhadap
dirinya. Peran-peran itupun menuntut pula berbagai masalah yang menyangkut
kecakapan dan kemampuan, serta kepribadian tertentu yang kompleks
sifatnya.
John Kotter, (dalam
http://transdimensi.blogspot.com/2008/07/teori-kepemimpinan.html) mengatakan
bahwa kepemimpinan yang efektif pada tingkat manajemen senior memerlukan
pengetahuan yang luas tentang dunia usaha, kedekatan dengan bawahan, reputasi
yang tak tercela, memiliki pengalaman yang kuat, integritas yang tinggi,
enerjetik dan memiliki kemauan yang keras untuk memimpin. Pemimpin tipe-tipe
ini, juga harus mampu mengantisipasi kondisi yang akan datang, membangun citra
budaya korporat, serta mampu meningkatkan motivasi dan partisipasi yang
optimal. Untuk menjadi pemimpin yang efektif di masa mendatang diperlukan
persyaratan yang lebih komplek
Untuk menjembatani antara kesuksesan
sesaat dan keefektifan jangka panjang, Seorang pemimpin harus mengembangkan 3 (tiga) kemampuan dalam
bekerja sama dengan sejumlah orang. Kemampuan ini sangat penting bagi seorang manager di tempat kerja, orang
tua di rumah, ataupun guru ketika mengajar di kelas. Karena itu, jenis keahlian
yang diperlukan para pemimpin yang efektif dalam mempengaruhi perilaku orang
lain dan bekerjasama dengan orang lain adalah : (1) Pemahaman perilaku di waktu
yang lalu; (2) Memperkirakan perilaku di
masa mendatang; (3) Memimpin, mengubah dan mengendalikan perilaku.
Dari sini, dapat dilihat bahwa tanpa aktivitas, memimpin,
mengubah dan mengendalikan perilaku bawahan, maka seorang bawahan akan bersikap
terus selamanya seperti di masa Lampaunya. Organisasi yang berhasil memiliki sebuah siri
utama yang membedakannya dengan organisasi yang tidak berhasil yaitu
kepemimpinan yang dinamis dan efektif.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam
pembahasan makalah ini, adalah sebagai berikut :
1. Pemimpin
pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi
perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam
kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan
mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
2. Tugas
pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi : menyelami kebutuhan-kebutuhan
kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis
dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa
yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya
merupakan khayalan. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memahami akan
tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa
aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam
rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
B.
Saran
Berdasarkan pada
uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut
:
1.
Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan dalam
melaksanakan aktivitasnya kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya
berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2.
Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para
pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya,
dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Pemimpin hendaknya
memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
Comments
Post a Comment