Sifat Kimia Entisol pada Pertanian

1.      Judul               :
Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian Organik

2.      Masalah          :
a.      Sistem pertanian berbasis bahan high input energy (bahan fosil) seperti pupuk kimia dan pestisida dapat merusak sifat-sifat tanah dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanah untuk waktu yang akan datang.
b.      Tanah Entisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman.
c.       Sistem pertanian konvensional selama ini menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang makin tinggi takarannya. Peningkatan takaran ini menyebabkan terakumulasinya hara yang berasal dari pupuk/pestisida di perairan maupun air tanah, sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan,. Tanah sendiri juga Akan mengalami kejenuhan dan kerusakan akibat masukan teknologi tinggi tersebut.
d.      Pemberian berulang kali dapat membahayakan flora dan fauna tanah alami, mendatangkan ketimpangan hara dalam tanah, dan dengan sistem pengelolaan hara yang biasa dilakukan waktu ini dapat menyebabkan pencemaran bekalan-bekalan air, khususnya air tanah.

3.      Pembahasan  :
Tanah Entisol adalah tanah yang mempunyai konsistensi kurang baik, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara tersediakan rendah, serta tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan produktivitasnya dengan jalan pemupukan. Masyarakat  di Indonesia sekarang dalam aktvivitas pertaniannya banyak menggunakan bahan non-organik yang nyatanya banyak menimbulkan hal yang negative terhadap tanah, seperti terakumulasinya hara yang berasala dari pupuk/pestisida di perairan maupun air tanah, sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Tanah sendiri juga akan mengalami kejenuhan dan kerusakan akibat masukan teknologi tersebut.
Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas untuk menanggulangi hal tersebut, kegiatan yang bisa dilakukan yaitu dengan cara melakukan aktivitas pertanian menggunakan bahan Organik dimana Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia, dan biologis dari tanah. mereka memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P, dan S untuk tanaman, peranan biologis di dalam mempengaruhi aktivitas organisme makroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam mempengaruhi struktur tanah dan dapat meningkatkan produktivitas tanah.
Terdapat peranan kimia dalam pertanian Organik, yaitu dalam penyediaan P, Kapasitas Pertukaran Kation, pH H2O , pH HCl, dan kandungan C organic.
Ø  P tersedia tanah
Budidaya organik nyata meningkatkan P tersedia tanah. Peningkatan P tersedia ini dapat terjadi karena pelepasan P dari bahan organik yang ditambahkan, juga karena terjadinya pengaruh tidak langsung bahan organik terhadap P yang ada dalam kompleks serapan tanah. Bahan organik diketahui dapat mengurangi serapan P oleh oksida besi dan Al dan juga koloid lempung yang terdapat dalam tanah ini.
Ø  Kapasitas pertukaran kation tanah
Bahan organik disini menyumbang muatan negatif tanah sangat besar melalui luas permukaan jenisnya yang sangat tinggi sehingga pemberian bahan organik diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pertukaran kation.
Ø  pH H2O tanah
Bahan organik mempunyai daya sangga (buffer capacity) yang besar sehingga apabila tanah cukup mengandung komponen ini, maka pH tanah relatif stabil.
Ø  pH KCl tanah
pH KCl menunjukkan jumlah hidrogen yang mendominasi kompleks pertukaran dan larutan tanah.
Ø  Kandungan C tanah
Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah, sehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme dan meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P, fiksasi N dan sebagainya.
Ø  Kandungan asam humat dan fulfat tanah
Asam humat adalah Asam yang berpengaruh kuat terhadap kapasitas penyerapan tanah, dimana fraksi yang larut dalam alkali tetapi tidak larut dalam asam atau air. asam humat sendiri mengandung gugus fungsional aktif seperti karboksil, fenol, karbonil, hidroksida, alkohol, amino, kuinon dan metoksil, serta bentuknya yang berpori sehingga memiliki luas permukaan yang besar.
Ø  Kandungan N total tanah (%)
Nitrogen merupakan hara makro utama yang sangat diperlukan tanaman. Unsur ini disebut unsur makro primer karena paling penting dalam siklus hidup tanaman.
Ø  K tersedia tanah
Kalium juga merupakan unsur hara makro primer bagi tanaman. Keberadaan unsur ini sangat penting untuk pertahanan diri tanaman dari serangan hama dan penyakit dan kekeringan.
4.      Hasil yang Didapat    :
a.      Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap sifat kimia tanah (KPK, pH H2O, P tersedia, K tersedia, N total, kandungan karbon, asam humat dan fulfat) antara tanah dengan sistem pertanian organik dan non organik yang menunjukkan nilai lebih baik pada sistem pertanian organik.
b.      Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kandungan Karbon tanah, diikuti peningkatan kandungan asam humat dan fulfat yang merupakan hasil dekomposisi bahan organik. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa peningkatan P tersedia pada perlakuan budidaya organik juga diakibatkan pelepasan P dari kompleks serapan oleh asam humat dan fulfat yang dihasilkan oleh pelapukan bahan organik.
c.       Penelitian menggunakan metode sampling pada lahan milik petani yang telah diteliti melakukan perlakuan sistem pertanian organik dan non organik. Dua contoh tanah di ambil dari 2 lokasi yang berbeda untuk mewakili tanah sistem pertanian organik dan 4 contoh tanah diambil dari 4 lokasi yang berbeda mewakili sistem pertanian non organik. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada kedalaman lapis olah 20 cm. penelitian tersebut berpengaruh terhadap P tersedia, Kapasitas Pertukaran Kation, pH H2O , pH HCl, dan kandungan C organic. Berikut hasil penelitian yang telah dilakukan:
·         P tersedia tanah
Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kandungan Karbon tanah, diikuti peningkatan kandungan asam humat dan fulfat yang merupakan hasil dekomposisi bahan organik. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa peningkatan P tersedia pada perlakuan budidaya organik juga diakibatkan pelepasan P dari kompleks serapan oleh asam humat dan fulfat yang dihasilkan oleh pelapukan bahan organik.
·         Kapasitas pertukaran kation tanah
Hasil penelitian menunjukkan kapasitas pertukaran kation pada tanah yang dibudidaya dengan pertanian organik lebih rendah dari yang non organik. Kiranya waktu 5 tahun belum cukup membuat tanah meningkat kapasitas pertukaran kationnya.
·         pH H2O tanah
Hasil pengukuran pH H2O tanah menunjukkan terdapat beda nyata antar perlakuan. Tanah yang tidak diperlakukan dengan budidaya organik menunjukkan kecenderungan pH lebih rendah. Lebih rendahnya pH pada pertanian non organik disebabkan pemakaian pupuk pabrik terutama urea yang makin lama akan memasamkan tanah.
·         pH KCl tanah
Hasil analsis statistik menunjukkan hanya 2 perlakuan pertanian non organik yang menunjukkan beda nyata, sementara 4 lainnya (2 pertanian organik dan 2 pertanian non organik) menunjukkan tidak beda nyata. Ini sesuai dengan pernyataan di atas bahwa waktu 5 tahun belum cukup mempengaruhi sifat dakhil tanah, yang paling terpengaruh adalah larutan tanah.
·         Kandungan C tanah
Hasil analisis menunjukkan bahwa Budidaya organik nyata meningkatkan kandungan karbon tanah di bandingkan dengan budidaya non organic.
·         Kandungan asam humat dan fulfat tanah
Hasil analisis menunjukkan bahwa budidaya organik nyata meningkatkan kandungan asam humat dalam tanah. Peningkatan ini berpengaruh terhadap daya memegang air (water holding capacity) dan juga memperbaiki struktur tanah melalui penambahan koloid tanah.
·         Kandungan N total tanah (%)
Hasil pengukuran N total tanah menunjukkan tanah yang dibudidaya dengan pertanian organik mengandung N total lebih banyak meskipun peningkatannya tidak secara mencolok. Peningkatan N total tanah berasal dari mineralisasi bahan organik yang ditambahkan dalam pertanian organik, sementara pada sistem pertanian non organik N ditambahkan dalam bentuk pupuk N. Ternyata penambahan pupuk N dalam tanah tidak mesti diikuti peningkatan kandungan N total dalam tanah. Hal ini karena lebih banyak N yang hilang terangkut hasil panen, atau melalui pelindian dan penguapan.
·         K tersedia tanah
Hasil analisis menunjukkan Sistem pertanian organik nyata meningkatkan kandungan K tersedia tanah, meskipun pada sistem non pertanian organik ada loka yang menunjukkan K tersedia lebih tinggi, tetapi kemungkinan hal ini terjadi karena baru saja dipupuk KCl. Sistem pertanian organik memungkinkan keseimbangan nutrisi yang lebih baik.

5.      Keterangan

Utami, Sri Nuryani H dan Suci Handayani, 2003, Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian Organik, Ilmu Pertanian, Vol. 10 No. 2, 2003 : 63-69, agrisci.ugm.ac.id/vol10_2/7_yani_entisol.pdf, 7 mei 2014.

Comments