BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada makalah kali ini penulis memilih
tema tentang Seni Tari Dongkrek, tradisi ini berupa tarian yang secara filosofi
memiliki fungsi tolak bala, sehingga perhelatan seni sangat diperlukan agar
penampilan seni dan daerah di sekitarnya dapat di lindungi dari bahaya luar
maupun dalam. Seni Tari Dongkrek jarang di perlihatkan melalui media – media
sehingga sangatlah asing di telinga masyarakat yang di luar Kota Madiun. Oleh karena
itu, penulis memilih Kesenian Tari Dongkrek.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana suasana pertunjukkan seni saat Tari Dongkrek
berlangsung ?
b. Apa yang membuat unik tentang Seni Tari
Dongkrek dari Kota Madiun ?
1.3 Tujuan Penelitian
a.
Untuk
mengetahui asal mula Tari Dongkrek ini.
b.
Untuk
membuktikan tentang mitos yang terdapat di Tari Dongkrek.
c.
Untuk
mengetahui keunikan Tari Dongkrek.
1.4 Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan untuk sebaian
besar masyarakat di luar Kota Madiun maupun sebagian kecil yang berada di Kota
Madiun mengetahui salah satu kebudayaan Madiun yaitu Tari Dongkrek. Dan untuk
membuktikan secara logika tentang mitos Tari Dongkrek ini, yaitu sebagai tolak
bala
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
2.1
Tentang Kesenian Dongkrek
Kesenian ini disebut seni dongkrek bermula
dari bunyi yang ditimbulkan oleh paduan dua alat musik tradisional yang
mengiringinya. Yakni bunyi dung berasal dari beduk atau kendang dan krek dari
alat musik yang disebut korek. Alat musik korek ini berupa kayu berbentuk bujur
sangkar, di satu sisinya ada tangkai kayu bergerigi yang bila digesek berbunyi
krek. Dari perpaduan dua bunyi itulah lantas masyarakat menyebut kesenian ini
dengan nama dongkrek. Perpaduan bunyi itu digunakan Raden Ngabehi Lo Prawirodipuro
untuk mengusir setan yang menimbulkan pageblug atau wabah dan bencana alam
sekitar tahun 1867 di Mejayan. Kala itu, sebagian warga diserang wabah penyakit
dan meninggal dunia dalam waktu singkat.
Hasil pertanian dan ternak juga terjadi
paceklik. Namun,dalam perkembangannya kesenian dongkrek juga menggunakan komponen alat musik lainnya seperti gong besi, gong kempul, kenong, kentongan, dan kendang. Penggunaan alat musik ini dipengaruhi perpaduan antar budaya, seperti Islam, Cina, dan kebudayaan masyarakat Jawa pada umumnya.
paceklik. Namun,dalam perkembangannya kesenian dongkrek juga menggunakan komponen alat musik lainnya seperti gong besi, gong kempul, kenong, kentongan, dan kendang. Penggunaan alat musik ini dipengaruhi perpaduan antar budaya, seperti Islam, Cina, dan kebudayaan masyarakat Jawa pada umumnya.
Pada tiap pementasan dongkrek, ada tiga topeng
yang digunakan para penari. Ada topeng raksasa atau buto, dalam istilah Jawa,
yang bermuka seram. Ada topeng perempuan yang sedang mengunyah kapur sirih yang
melambangkan cibiran, serta topeng orang tua sebagai lambang kebajikan.
Ketika atraksi digelar, kesenian ini menunjukkan
fragmentasi pertarungan seru dalam kehidupan, antara kebaikan dan kejahatan. Ada
orang bajik bertarung dengan buto yang hendak menusukkan keburukan. Ada pihak yang
dengan tegas mencibir niat- niat jelek (wanita bertopeng). Sekelompok pihak
lainnya menahbiskan doa-doa keselamatan (pemusik). Dan begitu seterusnya,
nyaris tanpa henti.
Alhasil,pada tiap pertempuran antara kebaikan
dan kejahatan, kemenangan selalu menyertai kebajikan yang ditegakkan di muka. Langgamseni
yang terdiri dari penari dengan bermacam bentuk dan pemusik itu lantas menjadi
pakem seni dongkrek. Konon, pakem kesenian asli yang dikembangkan berdasarkan hasil
penelusuran sejarah secara komprehensif dan mendalam, sehingga tidak boleh dicampur
aduk agar generasi penerus memahami isi, maksud, dan tujuan pertunjukan
kesenian dongkrek. Karena,unsur penari topeng dan pemusik, masing-masing
memiliki makna yang mendalam.
Penari topeng buto melambangkan kejahatan dan
ketiga penari lainnya melambangkan kebaikan. Sedangkan, semua musik
melambangkan
harmoni, keserasian, kebersihan hati serta menolak segala bentuk musibah dan keburukan. Kalaupun pada perkembangannya ada modifikasi, semata untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat kekinian. Modifikasi itu, misalnya, unsur penari yang
semula terdiri dari tiga atau empat orang dikembangkan menjadi delapan orang. Satu penari buto sekarang menjadi empat penari,
dan kadang ditambah dengan penari anak - anak. Penari dewasa dan dua wanita tetap seperti aslinya.
harmoni, keserasian, kebersihan hati serta menolak segala bentuk musibah dan keburukan. Kalaupun pada perkembangannya ada modifikasi, semata untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat kekinian. Modifikasi itu, misalnya, unsur penari yang
semula terdiri dari tiga atau empat orang dikembangkan menjadi delapan orang. Satu penari buto sekarang menjadi empat penari,
dan kadang ditambah dengan penari anak - anak. Penari dewasa dan dua wanita tetap seperti aslinya.
Penari dan pemusik kesenian ini pun berkembang
dan membutuhkan sekitar 20-25 pemain pada setiap penampilan. Selainitu,
kesenian ini juga kadang dimodifikasi dengan seni Barongsai asal negara
Tiongkok serta dicampur dengan kesenian Reog Ponorogo. Alunan musiknya juga
sesekali dicampur dengan keroncong dangdut dan campursar
BAB III
TEMUAN DAN ANALISA DATA
3.1
Suasana Pertunjukan Tari Dongkrek
Tarian ini lebih mendapatkan kesan yang
berbeda dari tarian biasanya yang hanya menunjukan seni tarinya saja. Tapi Tari
Dongkrek ini berfungsi juga sebagai tolak bala sehingga saat musik dan
penarinya memulai acara seni ini, suasana langsung menjadi menyeramkan apalagi
irama music yang semula sayup – sayup lalu kian mengentak bertalu – talu
membuat kesan menegangkan
Setiap malam suro tarian ini selalu di
pertunjukan agar acara malam suronya tidak ada pengganggu dari luar maupun dari
dalam sehingga berjalan dengan lancar. Tapi tarian ini kebanyakan dipertunjukan
dalam desa, di kota sangatlah jarang karena orang metropolis yang berada di
kota masih belum mempercayai mitos tentan tarian tersebut
3.2 Keunikan Tari Dongkrek
Tari lebih mengutamakan unsur sihir dan
mistisnya, meskipun tari ini merupakan sebuah kesenian yang berasal dari Kota
Madiun tapi tarian ini juga menjadi budaya oleh masyarakat desa – desa di
Madiun yang mempercayai meyakini bahwa mitos tentang Tari Dongkrek benar –
benar nyata.
Tari Dongkrek juga mempunyai keunikan lain
yaitu mengenai properti yang digunakan saat pementasaan berlangsung di
panggung. Penari Dongkrek menggunakan topeng yang bermaksudkan untuk mengetahui
tentang sifat – sifat tokoh yang diperagakan oleh si Penari. Tari Dongkrek juga
menggunakan music yang tradisional dan menggunakan tempo irama music yang naik
turun sehingga menimmbulkan ketegangan di pangggung pementasan tersebut.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
a.
Tari
Dongkrek yang berasal dari Kota Madiun lebih dikenal masyarakat Indonesia secara
keseluruhan tentang mitos dan keunikan tarian ini. Dan selain itu masyarakat
sekitar pun juga bisa lebih mengetahui asal mula dan dapat melestarikan
kebudayaan Tari Dongkrek tersebut.
b.
Mitos
hanyalah sebuah certia orang yang belum diketahui tentang kebenarannya sehingga
kita boleh mempercayai mitos – mitos tentang Tari Dongkrek tapi kita tidak
boleh meyakininya sebagai pengusir roh – roh jahat ataupun tolak bala, karena
kita hanya dapat mempercayai Tuhan kita yang satu.
4.2 Saran
a. Melestarikan budaya, dan tidak hanya budaya
yang dari daerah asal saja tetapi dari seluruh Indonesia sehingga budaya
Indonesia tidak hilang oleh budaya Negara bagian barat.
b. Bangga
terhadap kota kelahiran penulis yaitu Kota Madiun dan menjaga budaya Tari
Dongkrek dengan baik..
DAFTAR
PUSTAKA
Ghilma
Agustia Rohaina.2010.“Dongkrek, Tarian Tolak Bala“(Online). (http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/23/dongkrek-tarian-tolak-bala/diakses pada 23 November 2010)
Comments
Post a Comment