BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Budaya merupakan salah
satu aspek penting yang dibutuhkan oleh masyarakat karena budaya adalah sikap
atau perilaku yang dilakukan secara terus menerus dari satu generasi ke
generasi berikutnya sehingga budaya suatu masyarakat merupakan identitas dari
masyarakat itu sendiri. Budaya yang ingin penulis teliti adalah budaya dari daerah khusus ibukota
Jakarta yaitu Ondel-ondel. Alasan penulis memilih budaya Daerah Khusus Ibukota
Jakarta yaitu Ondel-ondel karena Ondel-ondel sudah mulai jarang dilestarikan
atau mulai dilupakan oleh bangsa Indonesia termasuk dari daerah asal budaya itu
sendiri yaitu masyarakat DKI Jakarta selan itu alas an penulis memilih
Ondel-ondel sebagai tulisannya adalah karena penulis ingin mengajak masyarakat
untuk melestarikan budaya Ondel-ondel.
1.2RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah munculnya
kebudayaan ondel-ondel ?
2. Bagaimana bentuk boneka
Ondel-ondel ?
3. acara-acara apa sajakah
yang menggunakan adat Ondel-ondel ?
|
1.3 TUJUAN PENELITIAN
|
1.
Untuk mengetahu sejarah kebudayaan Ondel-ondel
2.
Untuk megetahui perbedaan Ondel-ondel yang wanita dan pria
3.
Untuk mengetahui acara-acara yang menggunakan Ondel-ondel
1.4
MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian ini diharapkan
pembaca memahami sejarah Ondel-ondel, membedakan antara Ondel-ondel yang pria
dan wanita dan acara-acara adat Betawi yang menggunakan Ondel-ondel
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
2.1 SEJARAH MUNCULNYA KEBUDAYAN ONDEL-ONDEL
Pada zaman dahulu masyarakat Betawi menyebut
Ondel-ondel adalah Barongan atau barangan yang artinya bersama-sama. Ondel-ondel
telah ada sebelum Islam masuk ke Nusantara yang dimana pada waktu itu yaitu
pada zaman kerajaan Hindu yaitu kerajaan Tarumanegara Ondel-ondel digunakan
untuk menolak bala atau menolak keburukan dan bencana yang ada dimasyarakat
sehingga pada saat itu Ondel-ondel digunakan sebagai penjaga atau pengusir
roh-roh halus di kampung. Semakin berjalannya waktu Ondel-ondel dianggap
masyarakat sebagai simbol nenek moyang yang menjaga anak cucunya yang masih
hidup.
Pada zaman ketika Ali Sadikin yaitu pada tahun 1966
-- 1977 menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta Ondel-ondel menjadi pentas seni
kerajinan masyarakat yang menghibur. Ondel-ondel biasanya digunakan sebagai
hajatan masyarakat betawi, penyambutan tamu kehormatan dan sebagai penyemarak
pesta rakyat.
Akan tetapi sayangnya pada zaman sekarang keberadaan
budaya Ondel-ondel sudah mulai
mengkhawatirkan dikarenakan sudah banyak masyarakat Indonesia terutama
masyarakat Betawi sudah mulai melupakan atau tidak melestarikan budaya
tersebut.
|
BAB III TEMUAN DAN ANALISIS DATA
3.1 BENTUK DAN RUPA ONDEL-ONDEL
bentuk dan rupa
Ondel-ondel pada zaman dahulu dan sekarang telah berbeda karena terjadi
perbedaan fungsi yang dahulu Ondel-ondel digunakan sebagai pelindung masyarakat
dari roh halus dan pada zaman sekarang Ondel-ondel digunakan untuk acara-acara
penting masyarakat Betawi. Perbedaan yang terlihat jelas dari Ondel-ondel zama
dahulu dan sekarang ialah bentuk wajah Ondel-ondel dari yang dulunya lebih
dibuat menyeramkan dan sekarang dibuat lebih untuk menghibur.
Rangka
Ondel-ondel umumnya terbuat dari bambu dan topeng atau wajah Ondel-ondel
terbuat dari bambu dan fiber glass. Boneka Ondel-ondel memilki tinggi
sekitar 2 meter dan memiliki diameter 80 cm yang berfungsi untuk memudahkan
pemakai boneka Ondel-ondel untuk bergerak dan mengangkat beban dari boneka
Ondel-ondel tersebut.
Boneka
Ondel-ondel umumnya memiliki wajah yang lebih mirip segi empat atau persegi
dengan mata yang besar dan bulat. Ondel-ondel memiliki rambut yang terbuat dari
lidi yang ditempeli kertas warna-warni sebagai warna rambutnya.
|
, dan kadang dibuatkan
caling, Ondel-ondel wanita memiliki muka berwarna putih atau kuning, memakai
rias gincu, bulu mata lentik dan alis lancip dan terrkadang diberi tahi lalat
dan untuk Ondel-ondel anak-anak tidak memiliki ciri yang khas hanya ukurannya
saja yang lebih kecil dari umumnya.
|
3.2 acara-acara yang menggunakan kebudayaan Ondel-ondel.
Acara-acara yang menggunakan kebudayaan Ondel-ondel
diantaranya adalah acara pernikahan adat Betawi, hajatan, untuk menjamu taum
yang sangat dihoramati dan sebagai acara untuk menghibur para wisatawan asing
yang sedang berlibur ke DKI Jakarta.
Pada umumnya kebudayaan Ondel-ondel selalu diiring
dengan musik-musik khas DKI Jakarta yaitu musik tehyan yaitu jenis musik
tradisional yang mendapat pengaruh dari China. Terkadang juga diiringi oleh
musik tanjidor, musik gendang pencak Betawi, musik ningnong, gambang
kromong, dan rebana ketimprung.
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
a.
Pada mulanya Ondel-ondel digunakan untuk mengusir roh halus
yang membuat bahaya masyarakat akan tetapi pada zaman sekarang Ondel-ondel
digunakan untuk menarik para wisatawan datang ke Indonesia
b. Ondel-ondel umumnya dibuat
sepasang yaitu pria dan wanita tetapi terkadang ada juga yang membuat anak dari
Ondel-ondel tersebut. Ondel-ondel pria bermuka merah, berkumis, jenggot, alis
tebal dan jambang sedangkan untuk wanita umumnya berwajah putih, memakai rias
gincu, bulu mata lentik, dan terkadang memiliki tahi lalat dan untuk anak
Ondel-ondel memiliki ukuran yang lebih kecil dari Ondel-ondel dewasa.
c.
Acara-acara yang menggunakan kebudayaan Ondel-ondel adalah
acara pernikahan, acara hajatan, untuk menyambut tamu yang dianggap terhormat
dan tempat-tempat wisata.
|
-
Lestarikan budaya Indonesia termasuk budaya Ondel-ondel
karena budaya merupakan identitas suatu masyarakat
-
Ajarkan kepada anak dan cucu kita bahwa budaya itu sangatlah
penting
-
Mempromosikan budaya Indonesia kepada bangsa lain agar budaya
kita tidak di ambil oleh bangsa lain.
Daftar pustaka
Gunadarma.2012.”sejarah
Ondel-ondel cirri khas budaya Betawi”(Online).(http://apigunadarma.wordpress.com/2012/03/05/sejarah-ondel-ondel-ciri-khas-budaya-betawi// diakses pada 07 Januari
2013
Risma.2012.”kesenian
betawi”(online).(http://jakartakita.com/2012/01/19/kesenian-betawi// diakses pada 07 Janari
2013
Rully.2012.”Ondel-ondel
tempo dulu dan sekarang”(online).(http://graveonsix.blogspot.com/2012/03/ondel-ondel-tempo-dulu-dan-sekarang.html// diakses pada 07 Januari
2013
Comments
Post a Comment