BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Zaman
sekarang banyak budaya-budaya luar masuk secara bebas ke dalam negeri khususnya
Budaya Barat, dan masuknya budaya ini lansung diterima dengan baik tanpa
melihat dampak-dampak yang akan terjadi nantinya. Sehingga tanpa disadari
banyak budaya-budaya asli dalam negeri yang terpinggirkan dan bahkan
perlahan-lahan mengalami kepunahan. Sama halnya dengan salah satu Kebudayaan
Asli Kabupaten Bondowoso yaitu Budaya Aduan Sapi yang mengalami kepunahan.
Budaya Aduan Sapi merupakan aset Kebudayaan Asli yang mempunyai nilai sejarah
tinggi, pasalnya budaya ini merupakan cikal bakal berdirinya Kabupaten Bondowoso.
Selain itu, Budaya Aduan Sapi merupakan
budaya yang mempunyainilai jual tinggi, terbukti ketika kebudayaan ini masih
lestari dapat memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap pendapatan asli
daerah.
Selain karena pengaruh budaya
luar, kepunahan budaya ini juga diakibatkan oleh dikeluarkannya Peraturan
Daerah Nomor 19 tahun 2002 tentang Budaya Aduan Sapi. Larangan keras juga
dikeluarkan oleh Pemkab, DPRD, Tokoh Masyarakat, dan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Bondowoso. Menurut mereka budaya ini lebih banyak mengandung unsur
perjudian dibandingkan kebudayaan. Namun dibalik larangan ini Budaya Aduan Sapi
perlahan-lahan mengalami kepunahan. Bahkan larangan ini banyak menimbulkan
masalah, sebab 75 persen masyarakat Kabupaten Bondowoso sangat mengagumi budaya
ini. Tidak hanya itu, kunjungan turis pun ke Kabupaten Bondoso mengalami
penurunan karena punahnya budaya ini. Oleh karena itu penulis membuat makalah
ini dengan judul Pelestarian Budaya Aduan Sapi sebagai Aset Kebudayaan Asli
Kabupaten Bondowoso unuk membantu pelestarian budaya ini.
1.2
Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah
lahirnya Budaya Aduan Sapi?
b. Bagaimana keunikan
Aduan Sapi sehingga sebagian besar warga Kabupaten Bondowoso dan turis luar
negeri mengagumi Budaya Aduan Sapi?
c. Apa saja yang harus
dilakukan untuk melestarikan Budaya Aduan Sapi?
1.3
Tujuan Penelitian
a. Mengetahui sejarah
lahirnya Budaya Aduan Sapi.
b. Mengetahui keunikan
Aduan Sapi sehingga sebagian besar warga Kabupaten Bondowoso dan turis luar
negeri mengagumi Budaya Aduan Sapi.
c. Mengetahui Apa saja
yang harus dilakukan untuk melestarikan Budaya Aduan Sapi.
1.4
Manfaat Penelitian
a.
Menambah pengetahuan masyarakat Kabupaten Bondowoso
khususnya tentang sejarah lahirnya Budaya Aduan Sapi.
b.
Menambah pengetehuan masyarakat Kabupaten Bondowoso
khususnya tentang keunikan Aduan Sapi sehingga sebagian besar warga Kabupaten
Bondowoso dan turis luar negeri mengagumi Budaya Aduan Sapi.
c.
Menamabah pengetehuan masyarakat Kabupaten Bondowoso
khususnya tentang Apa saja yang harus dilakukan untuk melestarikan Budaya Aduan
Sapi.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
2.1 Pertunjukan
Aduan Sapi
Pertunjukan Aduan Sapi pada
dasarnya merupakan pemenuhan kebutuhan masyarakat Bondowoso untuk melestarikan
seni budaya tradisional yang nantinya diharapkan akan menunjang Pendapatan Asli
Daerah dan ragam budaya asli Kabupaten
Bondowoso.
Aduan Sapi merupakan antraksi
Budaya Tradisional khas dari warisan nenek moyang masyarakat Bondowoso yang
mempunyai keunikan tersendiri dan satu-satunya di Jawa Timur, dan juga menjadi
salah satu atraksi budaya andalan bagi Kabupaten Bondowoso dan menjadi Aset Budaya
bagi perkembangan kepariwisataan Jawa Timur pada khususnya dan bagi
perkembangan kepariwisataan Indonesia pada umumnya. Pertunjukan Aduan Sapi
terdiri dari beberapa unsur, yaitu:
2.1.1 Jenis dan Pelatihan sapi yang digunakan
|
jenis sapi yang digunakan yang
digunakan daklam pertunjukan ini adalah sapi-sapi yang mempunyai kriteria tubuh
besar, tanduk runcing (berfungsi sebagai senjata untuk melawan musuh), dan
mempunyai ketahanan tubuh yang kuat. Contoh jenis sapi tersebut yaitu Sapi
Brahman, Sapi Bali, Sapi Brangos, dan Sapi Limusin.
|
Sebelum terjun ke arena pertunjukan, sapi-sapi ini sejak
kecil umur 4 bulan sudah dilatih lari naik turun gunung hampir setiap hari.
Menjelang dewasa latihan ditingkatkan, tanduk diruncingkan, dan jamu khusus
mulai diminumkan. Hal ini agar sapi benar-benar siap terjun dalam pertunjukan.
2.1.2 Waktu dan Tempat
Pertunjukan Aduan Sapi diadakan dua kali seminggu yaitu hari sabtu dan
minggu pada pagi hari hingga sore hari. Tempat yang digunakan berpaindah-pindah
antara satu desa ke desa yang lain. Tapi yang sering digunakan yaitu diarena
khusus di Kecamatan Tapen 16 KM ke arah timur Kota Bondowoso.
2.1.3 Penentu Kemenangan
Pada saat aduan sapi berlangsung banyak sapi yang mengalami pendarahan dan
goresan-goresan luka yang diakibatkan oleh tanduk lawan, sarta patahnya tanduk
sapi. Penentu kemenangan tidak ditentukan dari hal tersebut, namun ditentukan
ketika sapi lari dengan menghindari si lawan dan mengibas-ngibaskan ekornya ke
atas, maka sapi dinyatakan kalah.
BAB III
TEMUAN DAN ANALISA
DATA
3.1 Sejarah
Lahirnya Budaya Aduan Sapi
Adu sapi tidak bisa dilepaskan dengan cikal-bakal nama Kota
Bondowoso (Bondo: modal dan woso: waisya atau sapi). Kota ini konon didirikan oleh seorang kiai keturunan
Madura yang bernama Ki Ronggo. Di awal abad ke-18 Ki Ronggo mendarat di pesisir
Besuki (kini masuk Kabupaten Situbondo, di pantai utara hampir ujung timur
pulau Jawa), dengan di ikuti sejumlah santrinya. Dari sana Ki Ronggo melintasi
bukit dan ngarai. Sambil membabat hutan, ia melalui lembah-lembah yang sangat
curam, yang kini disebut Gunug Arak-arak. Ki Ronggo mengembara hanya
bermodalkan sapi jantan, Jagung, dan padi yang ditaburkan sepanjang jalan.
Konon, lahan-lahan yang kini subur itulah yang dulu dilewati Ki
Ronggo. Sesampai di Bondowoso, Ki Ronggo mengumpulkan pengikutnya di sebuah
tanah lapang yang becek, ia menyuruh santri-santrinya mengeraskan tanah dengan
sapi-sapi jantan milik Kiai. Sambil bersiulan gembira, para santri melaksanakan
perintah sambil menghibur diri dengan mengadu sapi. Lahan itu kini jadi
alun-alun Kota Bondowoso. Sekarang Aduan Sapi berubah menjadi tradisi dan
tontonan yang menghibur bagi masyarakat.
Bondowoso yang 70% tanahnya terdiri dari pegunungan dan bukit
merupakan kota paling kuno setidaknya di kawasan ujung timur Pulau Jawa, namun
dibalik itu semua tanah Bondowoso merupakan Daerah penghasil padi dan tembakau.
Sampai tahun 1900-an Kabupaten Bondowoso merupakan wilayah
administrasi Besuki. Entah bagaimana, tiba-tiba di zaman revolusi, Bondowoso
menjadi ibu kota bekas Karesidenan Besuki, yang membawahkan kota-kota Jember,
Situbondo, dan Banyuwangi. Dengan berpenduduk lebih dari 600 ribu jiwa, dengan
luas sekitar 1.560 kilometer persegi, kota ini dihuni mayoritas pendatang dari Pulau Madura. Tentu saja bahasa Madura di
kawasan ini sangat dominan. Menurut K.H Hoesnan Thoha pemuka masyarakat di
Bondowoso, masyarakat Madura tak bisa dilepaskan dari sapi. Begitu pula yang
telah bermukim di Bondowoso.
3.2 Keunikan Aduan Sapi
Aduan
Sapi merupakan budaya khas satu-satunya di Jawa Timur yang dimiliki oleh
Kabupaten Bondowoso. Budaya ini memiliki keunikan tersendiri, pementasan tari
Pecut yang merupakan tarian khas Pulau Madura sebelum pertunjukan dimulai.
Selain itu, hal yang membuat sebagian masyarakat Bondowoso dan turis kagum
yaitu tingkah laku sapi yang lucu pada saat aduan dilaksanakan dan untuk
melihat pertunjukan biayanya sangat murah.
3.3 Pelestarian Budaya
Aduan Sapi
Budaya Aduan Sapi merupakan budaya yang mempunyai nilai budaya yang harus dilestarikan dan
dimunculkan lagi saat ini. Memang penyebab punahnya budaya ini dikarenakan
banyak hal yang terasa sulit apabila tidak dilakukan bersama-sama, baik dari
masyarakat maupun pihak Pemerintah sendiri.
Untuk masyarakat hal yang harus dilakukan yaitu dengan cara
melakukan promosi-promosi agar budaya ini semakin dikenal luas, tidak hanya di
dalam Kabupaten Bondowoso tapi diluar Kabupaten pun dikenal, bahkan sampai ke luar
negeri. Selain itu yang terpenting yaitu mengusahakan atau meminta kepada
jajaran Pemda agar larangan terhadap Aduan Sapi dicabut.
Sedangkan untuk pihak Pemerintah yang harus dilakukan yaitu
mencabut Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2002 tentang Budaya Aduan Sapi dan
membantu masyarakat dalam mempromosikan Budaya Aduan Sapi. Contohnya dengan
membuat iklan di internet, mengikuti ajang Pameran Budaya Nasional dan
sebagainya.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 SIMPULAN
a.
Sejarah Budaya Aduan Sapi berawal dari perjalanan Ki Ronggo
yang menelusuri bukit, ngarai, lembah-lembah yang curam hanya dengan membawa
sapi jantan, jagung, dan padi yang ditaburkan sepanjang jalan. Sampai disuatu
tempat yang becek, Ki Ronggo kemudian menyuruh santri-santrinya untuk
mengeraskan tanah tersebut. Sembari melaksanakan tugas, para santri menghibur
diri dengan mengadu sapi. Lahan itu kini menjadi alun-alun Kota
Bondowoso. Sekarang Aduan Sapi berubah menjadi tradisi dan tontonan yang
menghibur bagi masyarakat.
b.
Budaya Aduan Sapi mempunyai keunikan tersendiri yaitu hanya
satu-satunya di Jawa Timur, sebelum dilaksanakan pertunjukan terlebih dahulu
disuguhkan tarian khas Pulau Madura, dan tingkah laku sapi yang lucu pada saat pertunjukan
juga merupakan salah satu keunikan budaya ini. Hal inilah yang membuat sebagian besar
warga Kabupaten Bondowoso dan turis luar negeri mengagumi Budaya Aduan Sapi.
c.
Ada dua unsur yang mempunyai peran penting untuk
melestarikan Budaya Aduan Sapi yaitu Masyarakat dan Pemda Kabupaten Bondowoso.
4. 2 SARAN
a.
Seluruh elemen masyarakat termasuk pemerintahan harus
mengetahui bagaimana sejarah lahirnya Budaya Aduan Sapi ini agar bisa
melestarikan dan menjaga budaya ini agar tidak punah.
b.
Tidak mencampur adukkan budaya dengan perjudian.
c.
Bangga dengan budaya bangsa sendiri, agar tidak punah dan
terpinggirkan dengan budaya luar yang tidak sesuai dengan kehidupan bangsa.
d.
Melakukan promosi untuk mengenalkan kembali Budaya Aduan
Sapi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2004. Aduan Sapi di Bondowoso Dibubarkan Polisi. (Online)(http://aduansapibondowoso.blogspot.com/, diakses 26 Desember
2012)
Anonim.
2004. Kontes
dan aduan sapi sebagai penunjang kepariwisataan Kota Bondowoso. (Online)(http://dewey.petra.ac.id/jiunkpedg19901.html, diakses 29 Desember 2012)
Anonim. 2010. Dokumentasi Aduan Sapi Bondowoso.
(Online)(http://aduansapibondowoso.blogspot.com/2010/01/dokumentasi-aduan-sapi-di-bondowoso.html, diakses 29 Desember
2012)
Anonim. 2011. Sejarah lahirnya Budaya Aduan Sapi Kabupaten
Bondowoso. (Online)(http://talenta56.blogspot.com/2011/01/adu-tanduk-warisan-ki-ronggo, diakses 26 Desember
2012)
Liani
Dewi, Novi. 2011. Budaya Aduan Sapi yang
sudah dipunahkan. (Online)(http://hariani21noviliani29.blogdetik.com/2011/12/01/pariwisata-dan-budaya-bondowoso/, diakses 29
Desember 2012).
Comments
Post a Comment