Perkembangan Nanoteknologi di Indonesia (Dalam Negeri) dan
Luar Negeri (PART 2)
Jepang dan AS
merupakan dua negara terdepan dalam riset nanoteknologi. Berdasarkan data tahun
2002, pemerintah Jepang mengeluarkan dana riset US$1 miliar, sementara AS
US$550 juta, dan Uni Eropa US$450 juta. Jepang memulai risetnya pada 1985.
Untuk itu pemerintah Jepang, melalui Federasi Organisasi Ekonomi Jepang,
Kaidanren, membentuk Expert Group on Nanotechnology sebagai motor penelitian
nanoteknologi. AS mulai serius mengembangkan nanoteknologi di era Bill Clinton,
yang tahun 2000 lalu mendirikan National Nanotechnology Initiative.
Selain badan
pemerintahan, perusahaan swasta juga serius mengadakan riset pengembangan
nanoteknologi. IBM, misalnya, melalui IBM Zurich Research Laboratory yang
dipimpin oleh Petter Yettiger dan Gerd Binning, sedang mengembangkan instrumen
penyimpan data sebesar jarum nano dengan teknik scanning tunneling microscope.
Dengan teknologi ini, IBM mampu menyimpan 25 juta halaman buku dalam alat
penyimpanan yang ukurannya hanya sebesar perangko (bandingkan dengan hard disk
yang ada saat ini).
Prototipe alat
penyimpan data ini akan dinamakan Millipede. Tak mau kalah, Intel Corporation
pun mengembangkan prosesor yang memiliki kemampuan sepuluh kali lipat dibanding
Pentium 4, yang rencananya dilepas ke pasar pada 2007. ]
Bagaimana dengan Indonesia?
Kita juga tak
kalah. Adalah PT Dirgantara Indonesia, bekerja sama dengan Pusat Teknologi
Elektronika Dirgantara dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN),
merancang satelit nano yang dinamakan Indonesia nano satelit-1 (Inasat-1).
Mochtar Riady dari Grup Lippo dan Prof. Yohanes Surya (pelopor Tim Olimpiade
Fisika Indonesia) dan kawan-kasan juga telah mendirikan Center for Nanotechnology.
Dengan ukuran lebih kecil, lebih kuat dan lebih efisien. Hal ini akan berdampak
positif bagi perkembangan teknologi. Bahkan, kini sedang dikembangkan komputer
quantum dengan nanoteknologi.
Comments
Post a Comment