Petumbuhan Populasi dan Daya Dukung Lingkungan (Praktikum Ekologi Umum)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   1.1  Latar Belakang
Populasi adalah sekelompok organisme sejenis yang menempati ruang tertentu pada waktu tertentu. Populasi yang ada di suatu daerah akan selalu berubah setiap saat. Perubahan ini disebabkan oleh perubahan jumlah individu. Semakin banyak jumlah individu, maka semakin berkurang kemungkinan setiap individu untuk mendapatkan makanan dan sumberdaya lainnya. Populasi memiliki karakterisitik kelompok (statistical measure) yang tidak dapat diterapkan pada individu. Karakteristik dasar populasi tersebut adalah kepadatan (density). Empat parameter populasi yang mengubah kepadatan populasi adalah natalitas, mortalitas, imigrasi dan emigrasi (Krebs, 1994).
Daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan. Setiap populasi makhluk hidup mengalami proses yang sama. Bila jumlah individu lebih banyak dari pada daya dukung lingkungan (K) maka populasi akan kekurangan sumberdaya sehingga tingkat reproduksinya menurun atau beremigrasi, akibatnya ukuran populasi mengecil (Soemarwoto, 1997).
Di alam kita dapat juga menentukan besarnya K (daya dukung lingkungan) bila kita tahu kebutuhan nyata setiap individu yang ada di daerah tersebut. Dalam menentukan K, diasumsikan terdapat suatu ukuran populasi optimal yang dapat ditopang oleh sumberdaya yang ada. Tetapi harap diingat bahwa sumberdaya yang ada tidak selalu dari faktor makanan, faktor lain juga berpengaruh misal teritoriti, tempat minum, bersarang dan sebagainya (Hariyanto, 2008).
Pada praktikum kali ini kita menggunakan Paramaecium sp sebagai bahan biakan. Paramaecium sp termasuk kelas Ciliata infusoria. Kelas ini mempunyai rambut getar untuk bergerak atau mencari makan. Kelas Ciliata hidup bebas di lingkungan berair, baik air tawar maupun laut. Paramecium sp merupakan salah satu protista mirip hewan. Protista ini berukuran sekitar 50-350 μm, sehingga memerlukan mikroskop untuk mengamatinya. Pertumbuhan populasi Paramaecium sp dapat pula dibatasi oleh persaingan antar spesies yaitu persaingan diantara dua atau lebih spesies yang menghabiskan persediaan makanan yang sama (Anonim, 2009).
Paramaecium sp merupakan organisme yang cepat sekali berkembang biak. Dengan sifatnya yang cepat dalam berkembang biak, maka organisme pada lingkungan tersebut dalam waktu yang singkat akan menghasilkan organisme-organisme baru. Dalam mendukung hidupnya, organisme-organisme baru tersebut pasti memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam lingkungan yang ada di sekitarnya. Dari keadaan tersebut kami dapat menduga bagaimana tingkat pertumbuhan populasi dan dapat memperkirakan besarnya daya dukung lingkungan dari organisme tersebut.

1.2   1.2 Permasalahan           
Dalam praktikum ini permasalahanya adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana tingkat pertumbuhan populasi Paramecium sp dengan  medium air jerami pada volume tertentu?
2.    Berapa nilai daya dukung lingkungan (K) menggunakan metode empiris, persamaan linier, dan eliminasi dua persamaan terhadap jumlah populasi dari Paramecium sp?

1.3   1.3 Tujuan
Dalam praktikum ini bertujuan untuk:
1.    Mengetahui tingkat pertumbuhan populasi Paramecium sp dengan medium air jerami pada volume tertentu
2.    Mengetahui nilai daya dukung lingkungan (K) menggunakan metode empiris, persamaan linier, dan eliminasi dua persamaan terhadap jumlah populasi dari Paramecium sp



1.3     1.4 Hipotesis
          Hipotesis yang digunakan dalam praktikum ini adalah:      
          Hipotesis kerja : Bila jumlah populasi Paramecium sp lebih besar daripada
   nilai daya dukung lingkungan maka sumberdaya untuk
   populasi akan berkurang
     


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  2.1 Tinjauan Umum mengenai Daya Dukung Lingkungan
 Lingkungan secara alami memiliki kemampuan untuk memulihkan keadaannya. Pemulihan keadaan ini merupakan suatu prinsip bahwa sesungguhnya lingkungan itu senantiasa arif menjaga keseimbangannya. Sepanjang belum ada gangguan secara paksa, maka apapun yang terjadi, lingkungan itu sendiri tetap bereaksi secara seimbang. Untuk mengetahui kemampuan suatu lingkungan dalam menetralisasi parameter pencemar dalam rangka pemulihan kondisi lingkungan seperti semula, perlu ditetapkan daya dukung lingkungan (Kurnia, 2005).
 Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain  (Anonim, 2009). Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan.  Konsep daya dukung lingkungan berasal dari pengelolaan hewan ternak dan satwa liar (Soemarwoto, 2001).
     Daya dukung dapat dibedakan dalam beberapa tingkat, yaitu daya dukung maksimum, daya dukung subsistem, daya dukung optimum, dan daya dukung suboptimum. Daya dukung maksimum menunjukkan jumlah maksimum hewan yang dapat didukung per satuan luas lahan. Pada daya dukung subsisten jumlah hewan sedikit berkurang. Persediaan makanan lebih banyak, tetapi masih kurang mencukupi. Pada daya dukung optimum, jumlah hewan lebih rendah dibandingkan pada daya dukung subsisten, dan terdapat keseimbangan yang baik antara jumlah hewan dengan persediaan makanan. Pada daya dukung suboptimum jumlah hewan lebih rendah lagi. Persediaan makanan melebihi yang diperlukan (Chusnia, 2009).
 Dilampauinya batas daya dukung akan menyebabkan kematian, karena tidak tersedianya sumber daya, hilangnya kemampuan degradasi limbah, meningkatnya pencemaran dan timbulnya gejolak sosial yang merusak struktur dan fungsi kehidupan. Terbatasnya sumber-sumber seperti ruang dan makanan dan juga adanya jumlah populasi yang terlalu padat menyebabkan populasi dibatasi oleh suatu daya dukung lingkungan sehingga pertumbuhan populasi lambat laun akan menurun dan akhirnya akan berhenti jika daya dukung lingkungan tercapai (Anonim, 2011).
   
a.          Tinjauan Umum mengenai Pertumbuhan Populasi
 Populasi adalah sehimpunan individu atau kelompok individu dalam satu spesies atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis yang bersangkutan, dan pada waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu. Populasi memiliki karakterisitik kelompok (statistical measure) yang tidak dapat diterapkan pada individu. Karakteristik dasar populasi yang banyak didiskusikan adalah kepadatan (density). Empat parameter populasi yang mengubah kepadatan populasi adalah natalitas (telur, biji, produksi spora, kelahiran), mortalitas (kematian), imigrasi dan emigrasi (Tarumingkeng, 1994).  
 Populasi adalah unit biologis yang menunjukkan perubahan dalam ukurannya. Setiap populasi mengalami tiga fase sepanjang siklus hidupnya, yaitu tumbuh, stabil, dan menurun. Pertumbuhan populasi berarti perubahan ukuran populasi pada periode waktu tertentu. Grafik yang menggambarkan secara aritmatik laju pertumbuhan populasi dN/dt = rN, dikenal sebagai kurva bentuk J atau kurva laju pertumbuhan eksponensial. Kurva pertumbuhan eksponensial. Secara teoritik, pada keadaan lingkungan yang ideal dimana tidak ada faktor lingkungan fisik atau biotik yang membatasi laju pertumbuhan intrinsik yang maksimum maka populasi tumbuh secara eksponensial (Basukriadi, 2011).
 Kemampuan populasi tumbuh membentuk kurva eksponensial disebut dengan potensi biotik. Potensi biotik menunjukkan laju pertumbuhan teoritis yang tidak sesuai dengan kenyataan di alam. Pada kenyataannya, potensi biotik selalu dikendalikan oleh faktor lingkungan yang saling berinteraksi sehingga membatasi pertumbuhan. Faktor lingkungan yang membatasi pertumbuhan populasi dengan cara menurunkan laju kelahiran atau menaikkan laju kematian atau keduanya disebut dengan resistensi lingkungan (Basukriadi, 2011).
 Kurva pertumbuhan populasi pada lingkungan yang terbatas disebut kurva bentuk S (sigmoid). Pada kurva ini dikenal laju pertumbuhan pada fase tersendat (lag phase), fase menanjak naik (accelerating growth phase), fase pertumbuhan melambat (decelerating growth phase) dan periode keseimbangan (equilibrium period). Kurva Sigmoid berbeda dengan kurva geometrik (bentuk J) dalam dua hal, yaitu: kurva sigmoid memiliki asimptot atas (kurva tidak melebihi titik maksimal tertentu), dan kurva ini mendekati asimptot secara perlahan, tidak secara mendadak atau tajam. Laju pertumbuhan dapat dikurangi dengan penambahan individu baru dalam populasi, yang mengakibatkan pertambahan total menjadi berkurang (Chusnia, 2009).
  Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa ada hubungan antara kepadatan populasi dengan laju pertambahan populasi sampai mencapai daya dukungnya. Semakin besar ukuran populasi (semakin mendekati daya dukung lingkungan), maka laju pertambahan populasinya semakin kecil walaupun laju pertambahan intirinsiknya tetap. Jadi laju pertumbuhan populasi pada lingkungan yang terbatas dipengaruhi oleh ukuran populasi (Chusnia, 2009).
  Berdasarkan waktu, model pertumbuhan populasi dapat dibagi menjadi model pertumbuhan kontinu dan model pertimbuhan diskret. Model yang dibahas dalam laporan kali ini adalah model pertumbuhan kontinu yang disebut sebagai persamaan logistik. Besar daya dukung lingkungan berpengaruh pada jumlah individu. Makin banyak jumlah individu makin berkurang kemungkinan setiap individu untuk mendapatkan makanan dan sumber daya lain. Untuk mempertahankan hidupnya maka individu dalam populasi tersebut mau tidak mau harus berkompetisi dengan sesama, selain dengan jenis lain. Tingkat kompetisi antar individu dalam populasi dinyatakan dalam koefisien kompetisi internal dan dilambangkan dengan huruf γ (gamma). Model pertumbuhan populasi dengan menggunakan tingkat kompetisi internal dapat dirumuskan sebagai berikut :
      dN/dt = N(r- γN) = rN-γN2
Hubungan antara K dengan γ dinyatakan dalam persamaan berikut :
      K= γ / r
   Bila jumlah individu lebih banyak dari besarnya daya dukung lingkungan maka populasi akan kekurangan sumber daya sehingga tingkat reproduksinya menurun beremigrasi, akibatnya ukuran populasi mengecil. Jumlah individu akan stabil di sekitar daya dukung lingkungan, dengan demikian ukuran populasi akan konstan. Kenyataannya tidak demikian, yang sering terjadi adalah berfluktuasi di atas dan di bawah daya dukung lingkungan. Hal ini di sebabkan karena populasi perlu waktu untuk menanggapi lingkungan (Hariyanto, 2008).

2.3  Tinjauan Umum mengenai Paramecium
 Paramecium merupakan salah satu protista mirip hewan. Protista ini berukuran sekitar 50-350 μm. Paramecium telah memiliki selubung inti (Eukariot). Pada Paramecium, terdapat silia di seluruh permukaan sel atau hanya bagian tertentu. Selain untuk bergerak, silia merupakan alat bantu untuk makan. Silia membantu pergerakan makanan ke sitosoma. Makanan yang terkumpul pada sitosoma akan dilanjutkan ke dalam sitofaring (kerongkongan sel). Apabila telah penuh, makanan akan masuk ke sitoplasma dengan membentuk vakuola makanan, sedangkan vakuola berdenyut berguna untuk mengeluarkan sisa makanan. (Aryulina, 2007).
 Uniknya Protista ini memiliki dua inti dalam satu sel, yaitu inti kecil (Mikronukleus) yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti besar (Makronukleus) yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi. Paramecium bereproduksi secara aseksual (membelah diri dengan cara transversal), dan seksual (dengan konjugasi). Paramecium dapat hidup bebas di lingkungan berair, baik tawar maupun laut. Namun, secara umum Paramecium sp hidup di sawah, rawa, dan dapat hidup bebas dalam air, terutama pada perairan dengan tanaman yang membusuk. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari Paramecium sp meliputi medium biakan yang biasanya menyediakan kebutuhan nutrisi yang diperlukan Paramecium sp untuk tumbuh dan berkembangbiak, suhu yang diperlukan optimum, dan intensitas cahaya dimana Paramecium sp sangat peka cahaya, jadi Paramecium sp dapat optimum berkembangbiak pada intensitas cahaya yang rendah (Aryulina, 2007).
       Adapun klasifikasi Paramecium sp sebagai berikut:
Kingdom  : Animalia
Phylum                 : Protozoa
Sub Phylum          : Ciliophora
Class                     : Ciliata
Sub class              : Holotricha
Ordo                     : Hymenostomatida
Family                  : Paramaecidae
Genus                   : Paramaecium           
Spesies                 : Paramaecium sp
(Anonim, 2009)   






BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1    Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 3 Mei 2012 pukul 10.40-12.20 WIB di Ruang 226 Fakultas Sains dan Teknologi Kampus C Universitas Airlangga.

3.2    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, bilik hitung Sedgewich-Rafter (Sedgewich-Rafter counting chamber), pipet pasteur, dan tabung pembiakan (tabung jar). Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biakan Paramaecium sp dan air jerami sebagai medium pembiakan, serta larutan JKJ untuk mematikan Paramecium sp.

3.3    Cara Kerja

Tabel. 3.3.1 Cara kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
No.
Cara Kerja
Keterangan

1.
Sebanyak 100 cc air dituang ke dalam tabung biakan dan diberi tanda batas ketinggian dengan spidol permanen






2.
Air dalam tabung tersebut dibuang dan diganti dengan medium biakan tidak lebih dari setengahnya, yaitu 50 cc






3.
Sejumlah Paramaecium sp  dimasukkan ke dalam botol biakkan, sesuai dengan jumlah yang dikehendaki






4.
Medium biakan ditambahkan sampai batas 100 cc






5.
Medium tersebut ditutup dengan kertas berlubang





6.
Setiap dua hari sekali diamati, mulai hari ke 5














No.
Cara Kerja
Keterangan
1.
Setetes kecil air biakan  Paramaecium sp diambil, kemudian diletakkan pada gelas benda lalu dihitung jumlahnya dengan bantuan mikroskop
2.
Apabila jumlah kurang dari yang ditentukan, dimasukkan dalam tabung biakan dan Paramaecium sp diambil lagi sesuai dengan jumlah yang dikehendaki


Tabel. 3.3.3 Cara Menghitung Paramaecium sp



No.
Cara Kerja
Keterangan

1.
Biakan Paramaecium sp diaduk dengan menggunakan pipet Pasteur






2.
Dari biakan diambil sebanyak 1 cc untuk diteteskan pada bilik hitung dan satu tetes larutan JKJ ditambahkan






3.
Bilik hitung ditutup dengan gelas penutup






4.
Jumlah Paramaecium sp dihitung menggunakan mikroskop dan diulang hingga 2 kali





5.
Hasil pengamatan dicatat dan data hasil pengamatan dianalisis






No.
Cara Analisis Data
Keterangan
1.
Pendugaan besarnya harga K berdasar cara empiris.
K = (a + b + c + d) /
Keterangan :
K : Besarnya daya dukung lingkungan
 a, b, c, d : Data yang disumsikan merupakan nilai tertinggi dan terendah yang dicapai di sekitar harga K.
𝜮n : Jumlah data

2.
Pendugaan besarnya harga K berdasar persamaan linier antara r dan K
Nt = No ert
Keterangan :
Nt  : Jumlah biakan Paramaecium hari ke-
No : Jumlah biakan awal Paramaecium
 r    : Tingkat pertumbuhan intrinsik
 t    : Hari ke-
3.
Pendugaan besarnya harga K dengan cara eliminasi dua persamaan
 
Diubah menjadi
 = rN – γN2
Keterangan :
r   : Tingkat pertumbuhan intrinsic
γ   : Koefisien kompetisi internal
Nt : Jumlah biakan Paramaecium hari ke-
tx  : hari ke-



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil Pengamatan
         Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data-data sebagai berikut, dengan biakan awal sebesar 10 ekor :
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Paramecium
Tanggal Pengamatan
Hari ke-
Ulangan Ke-
Rata-rata/
1 cc
Rata-rata/
100 cc
1
2
8 Mei 2012
5
108
126
117
11700
10 Mei 2012
7
110
155
133
13300
12 Mei 2012
9
431
407
419
41900
14 Mei 2012
11
459
458
458,5
45850
16 Mei 2012
13
459
436
447,5
44750
21 Mei 2012
15
366
346
356
35600
23 Mei 2012
17
359
363
361
36100
25 Mei 2012
19
288
243
265,5
26550
28 Mei 2012
21
293
266
279,5
27950
30 Mei 2012
23
212
208
210
21000

           
Grafik 4.1 Grafik Pertumbuhan Paramecium

4.2    Analisis Data
         Berikut ini adalah hasil analisis perhitungan dari data yang diperoleh:
4.2.1 Berdasar Cara Empiris
Asumsi yang digunakan pada cara ini adalah bahwa jumlah individu akan berfluktuasi di sekitar harga K. Pada grafik terlihat bahwa fluktuasi dimulai pada usia biakkan 11 hari, dan berlangsung terus sampai akhir pengamatan. Akan tetapi, pada hari ke-23 jumlah individu semakin berkurang. Untuk mengetahui daya dukung 100 cc medium jerami, kita menggunakan data usia hari ke-11, ke-15, ke-17, dan ke-19. Keempat data ini diasumsikan sebagai nilai tertinggi dan terendah yang dicapai di sekitar harga K. Harga K adalah nilai rata-rata dari keempat nilai tersebut, yaitu:
     K = (458,5 + 356 + 361 + 265,5)/4 = 360,25
Dibulatkan menjadi 360 individu.

4.2.2 Berdasar Persamaan Linier                                    
  Asumsi yang digunakan adalah pada awal pertumbuhan r mencapai maksimum dan pada saat mencapai harga K, maka pertumbuhan akan terhenti, r = 0. Untuk mengetahui daya dukung lingkungannya, rumus yang digunakan adalah:
 Nt = N0ert
Perhitungan:
Hari ke-5                     Hari ke-7                                 Hari ke-9                Hari ke-11
Nt        =   N0 . ert           Nt    =   N0 . ert                   Nt    =   N0 . ert        Nt     =   N0 . ert
117      =   10 . er(5)         133  =   10 . er(7)           419  =   10 . er(9)     458,5=   10 . er(11)
11,7     =    er(5)                  13.3 =   er(7)                       41,9 =   er(9)             45,85=   er(11)
5r         =    ln 11,7       7r     =   ln 13,3                 9r     =   ln 41,9      11r    =   ln 45,85
r           =    0,492         r      =   0,369                   r       =   0,415         r       =   0,348

Hari ke-13                   Hari ke-15                   Hari ke-17                Hari ke-19
Nt        =   N0 . ert           Nt    =   N0 . ert                            Nt    =   N0 . ert                   Nt     =   N0 . ert
447,5   =   10 . er(13)       356  =   10 . er(15)         361  =   10 . er(17)     265,5=  10 . er(19)
44,75   =    er(13)               35.6 =   er(15)                      36,1 =   er(17)           26,55 =   er(19)
13r       =    ln 44,75     15r   =   ln 35,6            17r   =   ln 36,1      19r     =   ln 26,55
r           =    0,292         r      =   0,238              r       =   0,211         r        =   0,173



Hari ke-21                   Hari ke-23                  
Nt      =   N0 . ert             Nt    =   N0 . ert                           
279,5 =   10 . er(21)        210 =  10 . er(23)
27,95 =    er(21)                  21    =   er(23)                 
21r     =   ln 27,95        11r    =   ln 21
r         =    0,159           r      =   0,132

Tabel 4.2.2 Tabel Perhitungan Nilai N dan R
t
N
R
5
117
0,492
7
133
0,369
9
419
0,415
11
458.5
0,348
13
447.5
0,292
15
356
0,238
17
361
0,211
19
265.5
0,173
21
279.5
0,159
23
210
0,132





Darik di grafik di atas diperoleh persamaan:
Y = ax + b ; r = aN – b
R2 =
Jika dimasukkan nilai r = 0 ; N = K, maka:
r = aN – b
0 =
Grafik 4.1 Grafik Hubungan antara nilai N dan R
Darik di grafik di atas diperoleh persamaan:
Y = -0,001427x + 0,3098 ; r = -aN + b = -0,001427N + 0,30987
R2 = 0,0083
Jika dimasukkan nilai r = 0 ; N = K, maka:
r  = aN – b
0 = -0,001427N + 0,30987
0,00142 N = 0,30987
              N = 218,21
Dibulatkan menjadi 218 individu.     

4.2.3 Berdasar Eliminasi Dua Persamaan
Daya dukung dari Paramecium sp dapat juga dihitung dengan menggunakan cara eliminasi dua persamaan. Dengan menggunakan rumus:
   = N(r – γN) = rN – γN2         
atau rumusnya diubah menjadi :

=  rN – γN2
Nt – Nt-1
 tx – tx-1
Selanjutnya kita menggunakan data hari ke-5 (N=117), ke-7 (N=133), dan
hari ke-9 (N=419).
Persamaan 1:
 = (117r) – (γ(117)2)
8 = 117 r – 13689 γ
Persamaan 2:
 = (133r) – (γ(133)2)
143 = 133 r – 17689 γ
Bila persamaan 1 dan persamaan 2 dieliminasi, maka :
8 = 117 r – 13689 γ     | x 133 |   1064 = 15561 r – 1820637 γ
143 = 133 r – 17689 γ | x 117 | 16731 = 15561 r – 2069613 γ
                                                  15667 = 248976 γ
                                                          γ = 15,89
Selanjutnya nilai γ dapat disubstitusikan ke dalam salah satu persamaan tadi, maka akan diperoleh nilai r yaitu:
8 = 117 r – 13689 γ
8 = 117 r – 13689.15,89
8 = 117 r – 217518,21
117 r = 217526,21
       r = 1859, 19
Jadi nilai K dapat diketahui dengan rumus:
K = r / γ
K = 1859, 19 / 15,89
K = 117,00
K = 117 individu

4.3          Pembahasan
   Paramecium sp merupakan salah satu protista mirip hewan yang berukuran sekitar 50-350 μm, dalam praktikum ini Paramecium sp digunakan sebagai bahan biakan karena kecepatannya dalam berkembangbiak, yakni ± setiap 20 menit sekali. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan populasi Paramecium sp dengan medium air jerami pada volume tertentu dan mengetahui nilai daya dukung lingkungan (K) menggunakan metode empiris, persamaan linier, dan eliminasi dua persamaan terhadap jumlah populasi dari Paramecium sp. Biakan Paramecium sp diletakkan pada botol jar yang diisi dengan media air jerami dan ditutup, setiap dua hari sekali dilakukan pengamatan terhadap jumlahnya dari awal penanaman hingga satu bulan lamanya (10 kali pengamatan).
Pada tahap awal, sebanyak 10 ekor Paramaecium sp ditanam dalam medium biakan air jerami. Kemudian pada pengamatan selanjutnya (hari ke-5 usai penanaman), dilakukan pengamatan terhadap jumlah biakan Paramaecium sp dengan cara mengambil sebanyak 1 ml sampel air jerami yang sudah ditanami Paramaecium sp dan diletakkan pada bilik hitung cacah (Sedgewick-rafter counting chamber). Setelah itu ditambahkan beberapa tetes larutan JKJ yang berfungsi untuk mematikan Paramaecium sp sehingga proses penghitungan sebanyak 2 kali dengan menggunakan mikroskop menjadi lebih mudah. Pada tahap ini jumlah biakan  Paramaecium sp meningkat menjadi sebanyak 117 ekor karena masih banyaknya nutrisi yang terkandung dalam media pertumbuhan.
Pengamatan selanjutnya (hari ke-7, hari ke-9, dan hari ke-11), jumlah biakan Paramaecium sp masih terus meningkat, namun di hari ke-13 dan seterusnya sampai hari terakhir pengamatan yakni hari ke-23 jumlah dari biakan  Paramaecium sp mengalami penurunan. Pada titik tersebut, pertumbuhan mengalami titik maksimum yang artinya titik dimana Paramaecium sp tidak lagi melakukan pembelahan diri atau perkembanganbiakan. Hal semacam ini disebabkan karena nutrisi dalam media pertumbuhan telah habis, sehingga pada waktu jumlah Paramaecium sp besar namun nutrisinya kurang memadai akan terjadi kompetisi antar individu dalam memperoleh makanan sehingga menyebabkan kematian dan berakibat pada menurunnya jumlah biakan.
Dalam melakukan analisis dari data hasil pengamatan, terdapat tiga cara perhitungan yang kami gunakan untuk menentukan derajat pertumbuhan intrinsik (r) dan daya dukung lingkungan (K), yaitu:
1.    Cara empiris
2.    Persamaan linier antara r dan K
3.    Eliminasi dua persamaan
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh hasil yakni pertama dengan menggunakan cara empiris untuk biakan Paramaecium sp diperoleh nilai K sebesar 360 individu. Selanjutnya,  dengan menggunakan persamaan linier antara r dan K untuk biakan Paramaecium sp, diperoleh nilai K sebesar 218 individu, sedangkan dengan cara terakhir melalui eliminasi dua persamaan diperoleh nilai K sebesar 117 individu. Dari perhitungan dengan menggunakan tiga metode tersebut, diperoleh harga K yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena ketiga metode tersebut menggunakan pendekatan yang berbeda pula, sehingga asumsi bahwa populasi berfluktuasi pada harga K tidak dapat digunakan atau lonjakan yang terlalu tinggi menunjukkan bahwa populasi tidak berfluktuasi di sekitar harga K.





BAB V
KESIMPULAN

      Berdasarkan data dan analisis perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Volume medium jerami mempengaruhi tingkat pertumbuhan populasi Paramecium sp. Semakin banyak volume medium jerami, maka semakin tinggi tingkat pertumbuhan populasi Paramecium sp. Namun, seiring banyaknya populasi Paramecium sp yang ada, membuat volume medium jerami lama-kelamaan habis dimanfaatkan Paramecium sp untuk memenuhi hidupnya. Begitu pula, populasi Paramecium sp lama-kelamaan akan habis, karena kekurangan makanan yang terdapat pada medium jerami tersebut.
2.      Nilai daya dukung lingkungan (K) dari populasi Paramecium sp dihitung mengunakan 3 metode, metode empiris, metode persamaan linier, dan metode eliminasi dua persamaan, diperoleh hasilnya sebagai berikut:
a.       Metode empiris, nilai daya dukung lingkungan (K) sebesar 360 individu.
b.      Metode persamaan linier, nilai daya dukung lingkungan (K) sebesar 218 individu.
c.       Metode eliminasi dua persamaan, nilai daya dukung lingkungan (K) sebesar 117 individu.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2009. Paramecium. http://optilabinfo.blogspot.com/2009/11/ paramecium.html. Diakses pada 29 April 2012
Anonim2. 2011. Daya Dukung Lingkungan. http://www.chem-is-try.org/kata_
kunci/daya-dukung-lingkungan/. Diakses pada tanggal 30 April 2012
Aryulina, Diah, dkk. 2007. Biologi 1 SMA dan MA untuk Kelas X.  Jakarta: Esis
Basukriadi, Adi. 2011. Populasi, Ekosistem, Biosfir. http://staff.ui.ac.id/internal/
131472297/material/EKOSISTEM.pdf. Diakses pada 29 April 2011
Chusnia, Wilda. 2009. Pertumbuhan Populasi Paramaecium sp. dan Daya Dukung Lingkungan. http://wildablog.blogspot.com/2009/12/kunjungi-juga-webkudihttpwilda.html. Diakses pada 29 April 2012
Hariyanto, Sucipto, dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Penerbit
Universias Airlangga (Airlangga Press)
Krebs, J.C., 1994 dalam Siti Nur Laila dan Gandis Febrianas. 2010. Pertumbuhan
Populasi dan Daya Dukung Lingkungan. Surabaya : Airlangga Press
Kurnia, Rahmat. 2005. Penentuan Daya Dukung Lingkungan Pesisir. Makalah
Individu Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana/S3
Bogor : Institut Pertanian Bogor
Soemarwoto. 1997 dalam Ratih Kuspriadani, dkk. 2010. Pertumbuhan Populasi
Paramecium sp. dan Daya Dukung Lingkungan. Surabaya : Airlangga
Press
Tarumingkeng, R.C., 1994 dalam Kangiras. 2009. Pendugaan Daya Dukung dan
Model Pertumbuhan Populasi Rusa Timor di Cagar Alam/Taman Wisata
Alam Pananjung Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat. Bogor : Repository IPB



Comments