
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam setiap
tubuh air, jumlah kehidupan binatang berbanding langsung dengan jumlah
kehidupan tumbuhan yang ada di dalamnya. Semua bagian utama tanaman, dan
binatang diwakili secara baik dalam komunitas perairan. Habitat perairan dibagi
menjadi tiga bagian utama yaitu air tawar, air laut, dan air estuari. Habitat
air tawar dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu habitat air diam atau lentik
dan habitat air bergerak atau lotik (Anonim, 2011).
Di perairan
dapat ditemukan kelompok-kelompok organisme, yaitu benthos. Benthos merupakan
organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup sedimen di dasar
perairan. Benthos dibedakan menjadi dua jenis yaitu makroinvertebrata dan
mikroinvertebrata. Menurut fungsinya, benthos dibedakan atas fitobenthos dan
zoobenthos. Organisme zoobenthos berperan penting dalam perairan karena dapat
mempercepat proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki
perairan. Menurut ukurannya, zoobenthos dibedakan menjadi zoobenthos (ukuran
antara 0,1-1 mm) dan makrobenthos (ukuran >3mm) (Mulyadi, 1999).
Hewan benthos
hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas
lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya.
Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor
lingkungan dari waktu ke waktu, karena hewan benthos terus menerus terbawa oleh
air yang kualitasnya berubah-ubah. Diantara hewan benthos yang relatif mudah diidentifikasi
dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang
termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan
makrozoobenthos. Makrozoobenthos berperan sebagai salah satu mata rantai
penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga benthosik sampai konsumen
tingkat tinggi (Rosenberg, 1993).
Keberadaan hewan
benthos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh
diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi
hewan benthos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya:
suhu, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD), (COD), serta
kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar (Hariyanto, 2008).
Pada suatu badan
perairan benthos, tingkat kualitas perairan dapat ditentukan oleh kuantitas
organisme yang terdapat di dalamnya sebagaimana yang akan dibahas dalam
praktikum ini. Oleh karena itu, dengan menggunakan
metode sampling benthos, yaitu kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui
jenis-jenis benthos, dan kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui kelimpahan benthos
yang berkaitan dengan distribusi waktu dan tempat, diharapkan mampu mengetahui
bagaimana keadaan dari suatu lingkungan perairan dengan menggunakan
bioindikator kelimpahan benthos pada perairan tersebut.
1.2 Permasalahan
Dalam praktikum ini
permasalahanya adalah sebagai berikut:
1.
Jenis-jenis benthos apa sajakah yang
ditemukan dalam praktikum ini?
2.
Bagaimana indeks keanekaragaman dan dominansi benthos yang
ditemukan dalam praktikum ini?
1.3
Tujuan
Dalam praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui jenis-jenis benthos apa sajakah yang ditemukan dalam praktikum ini
2. Mengetahui indeks keanekaragaman dan
dominansi benthos yang ditemukan dalam praktikum ini
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Mengenai Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup di
dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Benthos
hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau karang yang sudah mati.
Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi
fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal tersebut berkaitan dengan
karakteristik serta jenis makanan benthos (Mulyadi, 1999).
Benthos adalah organisme yang hidup di
dasar laut atau sungai baik yang menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa
contoh benthos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut,
terumbu karang dan lain-lain. Sebuah
penelitian menjelasakan bahwa bentos yang hidup di daerah estuari memiliki
pengaruh besar terhadap lingkungan ikan di daerah tersebut, karena ikan-ikan
muda mengkonsumsi organisme benthos di zona pasang surut. Kehidupan benthos di
dasar perairan sudah teradaptasi sedemikian rupa walaupun tekanan lingkungan alamiah sudah cukup
menghalangi untuk kehidupan organisme lain
(Hendrasarie, 2001).
Pada
umumnya aktivitas manusia yang mempengaruhi ekosistem sungai meliputi kegiatan
pertanian, perkebunan, pemukiman, industri, dan lain sebagainya, secara
langsung atau tidak langsung atau limbah pertanian, pemukiman dan industri yang
masuk ke sungai dapat mengakibatkan perubahan terhadap sifat fisika, kimia
maupun sifat biologi sungai yang akan berpengaruh terhadap organism, salah
satunya adalah benthos (Wargadinata, 1995)
Hewan
benthos, terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan
makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam
perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah
mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan.
Klasifikasi benthos dibedakan berdasarkan ukuran, tempat hidupnya, jenis, cara
memperoleh makanan, dan kepekaannya terhadap bahan pencemar organik (Odum,
1993).
Klasifikasi benthos menurut
ukurannya:
a. Mikrofauna
Hewan yang memiliki ukuran lebih
kecil dari 0,1 mm. Contohnya bakteri,
diatom,
ciliata, amoeba, dan flagellata.
b.
Meiofauna
Merupakan
benthos yang mempunyai ukuran antara 0,1 mm sampai 1,0 mm. Contohnya nematoda,
cepepoda, dan foraminifera.
c. Makrofauna
Merupakan
benthos yang memiliki ukuran lebih dari 1 mm (0,04 inch). Contohnya cacing,
annelida, molusca, sponge, dan crustacea (Ardi, 2002).
Klasifikasi benthos berdasarkan
tempat hidupnya:
a.
Epifauna
Epifauna
adalah hewan yang hidupnya di atas permukaan dasar lautan. Contohnya, kepiting,
siput laut, dan bintang laut.
b. Infauna
Infauna adalah hewan yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada
dasar lautan. Contohnya cacing, tiram, macoma, dan remis (Nybakken, 1997).
Klasifikasi benthos berdasarkan
jenisnya:
a.
Zoobenthos.
Zoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau
seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap
maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam
perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik
yang memasuki perairan, serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai
makanan. Zoobenthos membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik. Berbagai jenis zoobenthos
ada yang berperan sebagai konsumen primer dan ada pula yang berperan sebagai
konsumen sekunder atau konsumen yang menempati tempat yang lebih tinggi. Pada
umumnya, zoobenthos merupakan makanan alami bagi ikan-ikan pemakan di dasar (bottom feeder) (Pennak, 1978). Fauna bentik terdiri dari lima kelompok,
yaitu Mollusca, Polychaeta, Crustacea, Echinodermata dan kelompok lain yang
terdiri dari beberapa takson kecil seperti Sipunculidae (owak-owak),
Pogonophora dan lan-lain. Berbagai jenis zoobenthos ada yang berperan sebagai
konsumen primer dan adapula yang berperan sebagai konsumen sekunder atau
konsumen yang menempati tempat yang lebih tinggi (Sri, 2001).
b.
Phytobentos
Merupakan tanaman milik bentos
(Sri, 2001). Sumber makanan utama untuk benthos adalah alga dan organik
limpasan dari tanah. Di perairan pantai dan tempat-tempat lain di mana cahaya
mencapai bagian bawah, hewan bentik seperti diatom yang mampu berfotosintesis
dapat berkembang biak. Adapun cara dari setiap benthos untuk memperoleh
makanannya adalah sebagai berikut :
a. Filter
feeder (suspension feeder) adalah
hewan yang makan dengan menyaring padatan tersuspensi dan partikel makanan dari
air, biasanya dengan melewatkan air melalui struktur penyaringan khusus.
Contohya seperti spons dan bivalvia yang memiliki tubuh yang keras. Proses ini
dapat terjadi pada daerah yang berpasir.
b. Deposit
feeders, adalah binatang atau hewan yang mengkonsumsi sisa-sisa makanan
pada substratum di bagian bawah air. Seperti polychaetes yang memiliki
permukaan tubuh yang lunak. Ikan, bintang laut, siput, cumi, dan crustacea yang
merupakan predator.
Spesies hewan makrobentos berdasarkan
kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organik, yaitu kelompok intoleran,
fakultatif dan toleran.
a.
Organisme intoleran yaitu organisme yang
dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan
jarang dijumpai di perairan yang kaya organik. Organisme
ini tidak dapat beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan
kualitas.
b.
Organisme fakultatif yaitu organisme
yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi lingkungan yang lebih besar bila
dibandingkan dengan organisme intoleran.
Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup di perairan yang banyak
bahan organik, namun tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan.
c.
Organisme toleran yaitu organisme yang dapat
tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu
organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme tersebut tidak peka
terhadap berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di
perairan yang tercemar oleh bahan organik.
Jumlah organisme intoleran, fakultatif, dan toleran dapat menunjukkan
derajat pencemaran (Ardi, 2002).
2.2
Tinjauan Umum Mengenai Peranan Benthos
Benthos memiliki peranan yang penting
dalam suatu ekosistem. Benthos berfungsi dalam proses rantai makanan. Benthos
merupakan bagian penting dari rantai makanan, terutama untuk ikan. Banyak
invertebrata memakan alga dan bakteri, yang berada di ujung bawah rantai
makanan. Beberapa dari invertebrata mengalami kerusakan dan memakan daun serta
bahan organik lainnya yang terdapat dalam air. Karena kelimpahan mereka dan
posisi sebagai "perantara" dalam rantai makanan air, benthos memainkan
peran penting dalam aliran alami energi dan nutrisi. Invertebrata benthos yang
sudah mati akan membusuk dan kemudian meninggalkan nutrisi yang digunakan
kembali oleh tanaman air dan hewan lainnya dalam rantai makanan (Ardi, 2002).
Benthos dapat digunakan untuk melihat
kualitas air pada suatu perairan. Tidak seperti ikan, benthos tidak bisa
bergerak banyak sehingga mereka kurang mampu menghindar dari efek sedimen dan
polutan lain yang mengurangi kualitas air. Oleh karena itu, benthos dapat
memberikan informasi mengenai kualitas air sungai dan kualitas air danau. Siklus
hidup lama mereka memungkinkan penelitian yang dilakukan oleh ahli ekologi
akuatik untuk menentukan setiap penurunan kualitas lingkungan. Benthos
merupakan grup yang sangat beragam hewan air, dan sejumlah besar spesies
memiliki berbagai tanggapan terhadap stres seperti polutan organik, sedimen,
dan toxicants. Bentik makroinvertebrata banyak berumur
panjang, yang memungkinkan deteksi peristiwa masa lalu seperti pencemaran
tumpahan pestisida dan ilegal dumping (Ardi, 2002).
2.3 Tinjauan Umum Mengenai Faktor-faktor
Ekologis yang Mempengaruhi
Keanekaragaman Benthos
Pada umumnya,
zoobenthos merupakan makanan alami bagi ikan-ikan pemakan di dasar (bottom feeder). Perubahan salinitas dan
DO mempengaruhi kehidupan biota perairan, termasuk komunitas makroinvertebrata benthos
(biota perairan yang tidak bertulang belakang yang hidup di dasar sungai,
berukuran > 1 mm). Nilai pH menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatu
perairan. Toleransi organisme air terhadap pH bervariasi. Hal ini tergantung,
pada suhu air, oksigen terlarut dan adanya berbagai anion dan kation serta
jenis dan stadium organisme. Suhu air yang tinggi dapat menambah daya racun
senyawa-senyawa beracun seperti NO3, NH3, dan NH3N
terhadap hewan akuatik, serta dapat mempercepat kegiatan metabolisme hewan
akuatik. Sumber utama senyawa ini berasal dari sampah dan limbah yang
mengandung bahan organik protein (Anonim, 2011).
Oksigen terlarut
sangat penting bagi pernafasan zoobenthos dan organisme-organisme akuatik
lainnya. Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh faktor suhu, pada suhu tinggi
kelarutan oksigen rendah dan pada suhu rendah kelarutan oksigen tinggi.
Tiap-tiap spesies biota akuatik mempunyai kisaran toleransi yang buerbeda-beda
terhadap konsentrasi oksigen terlarut di suatu perairan. Spesies yang mempunyai
kisaran toleransi lebar terhadap oksigen penyebarannya luas dan spesies yang
mempunyai kisaran toleransi sempit hanya terdapat di tempat-tempat tertentu
saja. Berdasarkan kandungan oksigen terlarut (DO), kualitas perairan terbagi atas empat jenis, yaitu tidak tercemar (> 6,5
mg/l), tercemar ringan (4,5-6,5
mg/l), tercemar sedang (2,0-4,4
mg/l) dan tercemar berat (< 2,0 mg/l) (Setyobudiandi, 1997).
Cahaya matahari merupakan sumber panas yang utama di
perairan, karena cahaya matahari yang diserap oleh badan air akan menghasilkan
panas di perairan. Di perairan yang dalam, penetrasi cahaya matahari tidak
sampai ke dasar, karena itu suhu air di dasar perairan yang dalam lebih rendah
dibandingkan dengan suhu air di dasar perairan dangkal (Setyobudiandi, 1997).
Suhu air merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
aktifitas serta memacu atau menghambat perkembangbiakan organisme perairan.
Pada umumnya peningkatan suhu air sampai skala tertentu akan mempercepat
perkembangbiakan organisme perairan. Zoobenthos
membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik. Hewan benthos, terutama
yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang
hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi
potongan-potongan yang lebih kecil sehingga
mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan (Setyobudiandi, 1997).
2.4 Tinjauan Umum Mengenai Sampling Benthos
Benthos yang didapat dibersihkan
dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah ditulis label kemudian
diberi alkohol. Pemberian bahan pengawet dilakukan dengan segera setelah sampel
ditampung dalam botol sampel agar benthos tidak mengalami kerusakan akibat
terjadi proses pembusukan. Kemudian benthos yang sudah ditemukan di
identifikasi menggunakan buku indentifikasi (Michael, 1995).
H1=-∑
[(ni/N) x ln (ni/N)]
H1= indeks diversitas
Shannon-Wiener
ni = jumlah individu spesies i
Comments
Post a Comment