BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan,
biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara
sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono,
1977).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan
pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu
tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor
lingkungannya. Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara random sampling hanya mungkin digunakan
apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan
tanaman (Marsono, 1977).
Hal yang
perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit contoh atau
sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk mendapatkan
informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah
pengukuran yang bersifat merusak (destructive measures) dan pengukuran
yang bersifat tidak merusak (non-destructive measures) (Anonim1,
2010).
Untuk keperluan
penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran
tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh (sampling unit), apalagi bagi
seorang peneliti yang mengambil objek dengan cakupan areal yang luas. Dengan
sampling, seorang peneliti dapat memperoleh informasi atau data yang diinginkan
lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila
dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu
populasi (Anonim1, 2010).
Teknik sampling kuadrat ini
merupakan suatu teknik survey
vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak
contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau
beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan infornasi yang baik bila
komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh
yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan
prinsip-prinsip teknik sampling (Kusmana, C, 1997).
Bentuk petak contoh yang dibuat
tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola
penyebarannya. Misalnya untuk vegetasi rendah, petak contoh berbentuk lingkaran
lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara mudah dengan
mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu, petak contoh
berbentuk lingkaran akan mcmberikan kesalahan sampling yang lebih kecil
daripada bentuk petak lainnya karena perbandingan panjang tepi dengan luasnya
lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi vegetasi, petak berbentuk
lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat. Sehubungan dengan
efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk
segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak
berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari
petak tersebut sejajar dengan arah perubahan keadaan lingkungan atau habitat. Pada
umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat tanaman saja yang menjadi bahan
penelitian, metode kuadrat lebih digunakan karena dengan metode tersebut lebih
mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi vegetasi
dan menaksir volumenya (Kusmana, C, 1997).
Vegetasi merupakan kumpulan
tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama
pada suatu tempat. Vegetasi di tempat tersebut
mempunyai variasi yang berbeda antara vegetasi satu dengan vegetasi yang lain. Dengan
adanya variasi yang dimiliki oleh suatu vegetasi akan menudukung suatu
kehidupan organisme tertentu. Oleh karena itu, untuk menganalisis suatu
vegetasi dalam area tertentu dengan menggunakan variabel kerimbunan, kerapatan,
dan frekuensi, maka dilakukan analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat.
1.2 Rumusan Permasalahan
Dalam praktikum ini perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Berapa
luas minimum yang diperlukan untuk melakukan analisis vegetasi menggunakan
metode kuadrat pada area yang diamati ?
2.
Berapa nilai penting dari vegetasi di area
yang diamati berdasarkan kerapatan, kerimbunan,
dan frekuensinya ?
3.
Apa nama
komunitas dari
vegetasi berdasarkan nilai penting yang didapat dari area yang diamati ?
1.3 Tujuan
Dalam
praktikum ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui luas minimum yang diperlukan untuk melakukan analisis vegetasi
metode kuadrat dari area yang diamati.
2. Mengetahui nilai penting dari vegetasi di area yang diamati berdasarkan
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensinya.
3. Mengetahui nama komunitas dari vegetasi
berdasarkan nilai penting dari area yang diamati.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Analisis Vegetasi
Analisis
vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran
berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Analisis vegetasi
dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi
vegetasi yang ada. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan
ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu
ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen
dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata
air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu
area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada
struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Pada umumnya analisis
vegetasi dibedakan atas analisis vegetasi kualitatif dan kuantitatif (Syafei,
1990).
2.1.1 Analisis Vegetasi Kualitatif
Komposisi dan struktur komunitas tumbuhan
secara kualitatif dan dapat di deskripsikan dengan observasi visual tanpa
sampling khusus serta pengukuran. Studi analisi vegetasi kualitatif meliputi perhitungan secara
stratifikasi, aspeksi, sosiabilitas, floristik, dan bentuk hidup (Anonim2,
2009)
2.1.2 Analisis Vegetasi Kuantitatif
Dalam analisis ini
diperlukan suatu perkiraan atau estimasi. Hal tersebut dapat dibuat dengan observasi spesies tumbuhan pada tempat
berbeda dalam habitat. Beberapa metode yang
sering digunakan adalah metode kuadrat, metode lop, metode titik, dan metode transek. Dengan informasi kuantitatif tentang struktur
dan komposisi suatu komunitas tumbuhan, komunitas vegetasi dikelompokkan menjadi
vegetasi iklim dan vegetasi tanah yang berhubungan erat dan pada tiap-tiap
tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik (Anonim2,
2009).
2.2 Metode Kuadrat
Metode kuadrat adalah salah satu metode
analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud
dalam metode ini adalah suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat
seperti m², cm² dan lain-lain. Bentuk petak contoh pada metode kuadrat pada
dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar dan bentuk
empat persegi panjang. Dari ketiga bentuk petak contoh ini masing-masing bentuk
memiliki kelebihan dan kekurangannya (Kusmana, C, 1997).
Bentuk lingkaran akan lebih menguntungkan jika dapat dipakai untuk
analisis vegetasi herba yang bergerombol, karena ukuran dapat cepat diperluas
dan teliti dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat
lingkaran. Untuk vegetasi herba rendah bentuk empat persegi panjang akan lebih
efisien dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada ukuran yang sama. Hal ini
disebabkan karena kelompok tumbuhan cenderung akan tumbuh membentuk lingkaran,
sehingga bentuk petak contoh berbentuk empat persegi panjang akan lebih banyak
kemungkinannya untuk memotong kelompok tumbuhan dibandingkan dengan bentuk
bujur sangkar pada luasan yang sama, dengan demikian jumlah jenis yang teramati
akan lebih banyak (Kusmana,
C, 1997).
Namun demikian, bentuk petak contoh empat persegi panjang mempunyai
kekurangan terhadap bentuk bujur sangkar, karena perbandingan panjang tepi
terhadap luasnya lebih besar daripada perbandingan panjang tepi bujur sangkar
terhadap luasnya. Kesalahan tersebut terus meningkat apabila perbandingan
panjang tepi terhadap luasnya semakin meningkat.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat
quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count atau list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah
spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak.
Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat):
Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yang tertutup vegetasi. Metode
ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang
diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah.
Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis
tanaman.
d. Chart quadrat: Penggambaran letak atau bentuk
tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini terutama berguna dalam mereproduksi
secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies yang
vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter.
Pantograf dilengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang
dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila
batas-batasnya diikuti dengan jarumnya (Weaver dan Clements, 1938).
Dengan metode kuadrat, bentuk
percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan
luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau
ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini
dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi (Syafei, 1990).
2.3 Luas Minimum
Luas area tempat pengambilan contoh
komunitas tumbuhan atau vegetasi sangat bervariasi, tergantung pada bentuk atau
struktur vegetasi tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas
minimum yang dipakai adalah seluas papaun percontohan diambil harus dapat
menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan. Percontohan yang diambil
dianggap memadai apabila seluruh atau sebagian besar jenis tumbuhan pembentuk
vegetasi itu berada dalam vegetasi akan didapatkan suatu luas terkecil yang
dapat mewakili vegetasi, kecuali untuk hutan tropika yang sangat sulit
ditentukan luas terkecilnya. Luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik
komunitas tumbuhan atau komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan
disebut luas minimum (Sucipto, 2008).
Dari
luas minimum, kita dapat menentukan berapa ukuran transek yang digunakan.
Ukuran luas minimum yang biasa digunakan ialah 25 cm x 25 cm, 25 cm x 50 cm, 50
cm x 50 cm, 50 cm x 100 cm, dan 100 cm x 100 cm. Dari masing-masing ukuran yang
dibuat, dicatat semua jenis tumbuhan yang ditemukan. Kemudian dimasukkan ke
dalam tabel. Untuk mendapatkan luas minimum, disusun sebuah grafik dari data
yang diperoleh. Perlu dipahami bahwa luas minimum berada saat garis mulai
mendatar, atau kalau ada penambahan jumlah jenis tidak melebihi 10% (Sucipto,
2008).
2.4
Transek
Transek adalah penampang melintang atau
pandangan samping dari suatu wilayah. Transek merupakan salah satu teknik untuk
memberikan gambaran informasi kondisi biofisik suatu wilayah kajian. Arti
harfiah dari transek itu sendiri adalah gambar irisan muka bumi. Pada awalnya,
transek dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati
wilayah-wilayah ekologi, yaitu pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan
sifat khusus keadaannya (Odum, E. P., 1971).
Tujuan dari pembuatan transek, yaitu
untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan. Ada dua
macam transek:
1.
Belt
transect (transek sabuk)
Belt
transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang.
Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan
yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan
jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang
dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang transek tergantung
tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya (Kershaw, 1979).
2.
Line
transect (transek garis)
Dalam metode ini garis-garis merupakan
petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan
berapa kali terdapat atrau dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis
melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya
menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama
sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang
terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang
tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan
panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis
yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu
spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
2.5 Sistem
Analisis dengan Metode Kuadrat
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu
luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekuensi suatu jenis tumbuhan
adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah
petak contoh yang dibuat. Biasanya frekuensi dinyatakan dalam besaran
persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang
dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur
diameter batang (Kusmana, 1997).
Suatu daerah yang didominasi
oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki
keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen,
yaitu jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan kesamaan
jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies itu, yaitu jumlah
individu, biomassa, penutup tanah, dan sebagainya, yang tersebar antara banyak
spesies itu (Ludwiq and Reynolds, 1988).
Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah
cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis
tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh
total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%). Keragaman spesies
dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau
sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang
ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman atau
indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari
segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas
menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari
penjumlahan nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan
relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk
rumus maka akan diperoleh:
Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara
harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari
variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun
berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang
terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar
dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Odum, E. P., 1971).
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat Praktikum
JALAN
|
LOKASI
SAMPLING VEGETASI
|
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
|
GOR
(Gedung Olahraga)
|
AUP
(Airlangga University Press)
|
Gambar
3.1 Denah atau lokasi sampling vegetasi
|
3.2
Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah meteran, tali rafia, kantong plastik, penggaris dan tongkat kayu. Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah vegetasi yang berada di tanah
berumput Kampus C Universitas Airlangga.
3.3 Cara Kerja
Tabel. 3.1 Cara kerja
|
1. Peralatan seperti tali rafia, meteran, dan tali
plastik disiapkan
2. Luas
minimum ditentukan terlebih dahulu untuk memperoleh ukuran plot yang akan
digunakan
3. Jenis tumbuhan yang ditemukan diberi nama atau
kode tertentu, misalkan tumbuhan A, tumbuhan B dan seterusnya
4. Dibuat plot dengan ukuran 100 cm x 100 cm
sebanyak 5 buah
5. Dilakukan analisis vegetasi berdasarkan
variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi di setiap kuadrat
6. Hasil pengamatan dicatat dan dianalisis
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh
data-data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data
Analisis Vegetasi Rumput
Plot
|
Jenis
Tumbuhan
|
Kerapatan
|
Kerimbunan
|
I
|
A
|
2
|
4
|
B
|
4
|
2
|
|
C
|
5
|
1
|
|
D
|
3
|
3
|
|
E
|
1
|
5
|
|
F
|
1
|
5
|
|
II
|
A
|
1
|
5
|
B
|
3
|
3
|
|
C
|
4
|
2
|
|
D
|
4
|
2
|
|
E
|
5
|
1
|
|
F
|
2
|
4
|
|
III
|
A
|
2
|
4
|
B
|
1
|
5
|
|
C
|
5
|
1
|
|
D
|
1
|
5
|
|
E
|
4
|
2
|
|
IV
|
A
|
3
|
3
|
B
|
5
|
1
|
|
C
|
5
|
1
|
|
D
|
2
|
4
|
|
E
|
2
|
4
|
|
V
|
A
|
1
|
5
|
B
|
4
|
2
|
|
C
|
5
|
1
|
|
E
|
1
|
5
|
4.2 Analisis
Data
Berikut ini adalah hasil analisis
perhitungan dari data yang diperoleh :
Tabel 4.2 Tabel Penentuan Luas Minimum
Bujur
Sangkar Ke-
|
Ukuran
|
Jenis
Individu atau Spesies yang Ditemukan
|
I
|
25 cm x 25 cm
|
A
|
B
|
||
C
|
||
II
|
25 cm x 50 cm
|
A
|
B
|
||
C
|
||
D
|
||
III
|
50 cm x 50 cm
|
A
|
B
|
||
C
|
||
D
|
||
IV
|
50 cm x 100 cm
|
A
|
B
|
||
C
|
||
D
|
||
E
|
||
F
|
||
V
|
100 cm x 100 cm
|
A
|
B
|
||
C
|
||
D
|
||
E
|
||
F
|
Bujur
Sangkar ke-1 (25 cm x 25 cm) : 3 macam spesies
Bujur
Sangkar ke-2 (25 cm x 50 cm) : 4 macam spesies
Bujur
Sangkar ke-3 (50 cm x 50 cm) : 5 macam spesies
Bujur
Sangkar ke-4 (50 cm x 100 cm) :
6 macam spesies
Bujur
Sangkar ke-5 (100 cm x 100 cm) :
6 macam spesies
Dari
bujur sangkar ke-5 dan ke-4 = 6-6 = 0/6 x 100% = 0%
Dari
bujur sangkar ke-4 dan ke-3 = 6-5 = 1/6 x 100% = 16,67%
Dari
bujur sangkar ke-3 dan ke-2 = 5-4 = 1/6 x 100% = 16,67%
Dari
bujur sangkar ke-2 dan ke-1 = 4-3 = 1/6 x 100% = 16,67%
Luas minimum dihitung
kalau penambahan jumlah spesies tidak melebihi 10%, dari hasil perhitungan di
atas maka ukuran transek yang digunakan adalah ukuran 100 cm x 100 cm.
Tabel 4.3 Tabel Analisis Vegetasi Rumput
No.
|
Jenis Tumbuhan
|
Kerapatan
|
Kerimbunan
|
Frekuensi
|
Np
|
|||
Kp
|
KpR
|
Kb
|
KbR
|
F
|
FR
|
|||
1
|
A
|
19/5
|
11,84%
|
21/5
|
26,25%
|
5/5
|
19,23%
|
57,32%
|
2
|
B
|
17/5
|
22,37%
|
13/5
|
16,25%
|
5/5
|
19,23%
|
57,85%
|
3
|
C
|
24/5
|
31,50%
|
6/5
|
7,5%
|
5/5
|
19,23%
|
58,31%
|
4
|
D
|
10/5
|
13,16%
|
14/5
|
17,5%
|
4/5
|
15,39%
|
46,05%
|
5
|
E
|
13/5
|
17,11%
|
17/5
|
21,25%
|
5/5
|
19,23%
|
57,59%
|
6
|
F
|
3/5
|
3,94%
|
9/5
|
11,25%
|
2/5
|
7,69%
|
22,88%
|
Jumlah
|
76/5
|
100%
|
80/5
|
100%
|
26/5
|
100%
|
300%
|
Berdasarkan dari tabel 4.2.3, spesies yang mempunyai nilai penting
(Np) yang tertinggi
adalah spesies C, yaitu sebesar
58,31%. Sehingga dapat dikatakan bahwa nama dari bentuk vegetasi ini adalah
komunitas C.
Kerapatan Absolut sp
Kerapatan
absolut A =
=
Kerapatan
absolut B =
=
Kerapatan
absolut C =
=
Kerapatan
absolut D =
=
Kerapatan
absolut E =
=
Kerapatan
absolut F =
=
Kerapatan
Relatif
Kerapatan
relatif A =
x 100% =
11,84%
Kerapatan
relatif B =
x 100% = 22,37%
Kerapatan
relatif C =
x 100% = 31,58%
Kerapatan
relatif D =
x 100% = 13,16%
Kerapatan
relatif E =
x 100% = 17,11%
Kerapatan
relati F =
x 100% = 3,94%
Kerimbunan Absolut sp
Kerapatan
absolut A =
=
Kerapatan
absolut B =
=
Kerapatan
absolut C =
=
Kerapatan
absolut D =
=
Kerapatan
absolut E =
=
Kerapatan
absolut F =
=
Kerimbunan
Relatif
Kerimbunan
relatif A =
x 100% = 26,25%
Kerimbunan
relatif B =
x 100% = 16,25%
Kerimbunan
relatif C =
x 100% = 7,5%
Kerimbunan
relatif D =
x 100% = 17,5%
Kerimbunan
relatif E =
x 100% = 21,25%
Kerimbunan
relati F =
x 100% = 11,25%
Frekuensi Absolut sp
Frekuensi
A =
Frekuensi B =
Frekuensi C =
Frekuensi D =
Frekuensi E =
Frekuensi F =
Frekuensi Relatif
Frekuensi
A =
x 100% =19,23%
Frekuensi B =
x 100% = 19,23%
Frekuensi C =
x 100% = 19,23%
Frekuensi D =
x 100% = 15,23%
Frekuensi E =
x 100% = 19,23%
Frekuensi F =
x 100% = 7,69%
4.3 Pembahasan
Dalam praktikum ini bertujuan untuk
menganalisis vegetasi menggunakan metode kuadrat. Lokasi yang digunakan untuk
menganalisis vegetasi adalah di lapangan berumput sebelah utara AUP (Airlangga University Press), Universitas
Airlangga. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tali rafia, meteran, dan
kantong plastik. Sedangkan bahan yang digunakan adalah vegetasi rumput di
lapangan sebelah utara AUP.
Langkah pertama yang dilakukan adalah
menentukan luas minimum untuk menentukan ukuran plot yang akan digunakan. Dengan
membuat bujur sangkar masing-masing berukuran 25 cm x 25
cm, 25 cm x 50 cm, 50 cm x 50 cm, 50 cm x 100 cm, dan 100 cm x 100 cm. Dari
masing-masing ukuran yang dibuat, dicatat jumlah dan jenis tumbuhan yang
ditemukan. Kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Untuk mendapatkan luas minimum,
disusun sebuah grafik dari data yang diperoleh. Perlu dipahami bahwa luas
minimum berada saat garis mulai mendatar, atau kalau ada penambahan jumlah
jenis tidak melebihi 10 %. Dan dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa luas
minimum transek yang digunakan adalah 100 cm x 100 cm.
Langkah
yang kedua adalah membuat 5 plot yang tegak lurus dari arah jalan di depan
lapangan rumput utara AUP dengan ukuran 100 cm x 100 cm. Dari masing-masing
plot dilakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel kerapatan, kerimbunan,
dan frekuensi. Kerapatan
adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu.
Kerapatan ditentukan berdasarkan skala kelasnya, yaitu kelas 1: jarang sekali,
kelas 2: jarang, kelas 3: cukup rapat, kelas 4: rapat dan kelas 5: rapat
sekali.
Kerimbunan
ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan.
Kelas kerapatan dan kerimbunan mempunyai jumlah 6, sehingga apabila kelas
kerapatan telah ditentukan, maka kelas kerimbunan juga didapatkan. Misalnya
kelas kerapatan spesies A adalah 4, maka kerimbunan spesies A adalah 2. Frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari
jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan
seluruh total area sampel yang dibuat (N), pbiasanya dalam persen (%).
Dari
percobaan didapatkan hasil untuk kerapatan relatif A sebesar
, untuk kerapatan relatif B sebesar
, untuk kerapatan relatif C sebesar
, untuk kerapatan D sebesar
, untuk kerapatan E sebesar
dan kerapatan relatif F sebesar
. Sedangkan
untuk data kerimbunan didapatkan data kerimbunan untuk data A adalah
, untuk kerimbunan data B adalah
, untuk kerimbunan C adalah
, untuk kerimbunan D adalah
, untuk kerimbunan E adalah
, untuk kerimbunan F adalah
. Data frekuensi yang didapatkan untuk
frekuensi data A sebesar
, untuk frekuensi data B adalah
, untuk frekuensi data C adalah
, untuk frekuensi data D sebesar
, untuk frekuensi data E sebesar
, dan untuk frekuensi data F adalah
.
Nilai penting dari masing-masing spesies, yaitu spesies A sebesar
57,32%, spesies B sebesar 57,85%, spesies C sebesar 58,31%, spesies D sebesar
46,05%, spesies E sebesar 57,59% dan spesies F sebesar 22,88%.
Dari data hasil pengamatan yang diperoleh, kemudian dihitung nilai kerapatan absolut, kerapatan relatif, kerimbunan relatif, kerimbunan relatif, frekuensi absolut dan frekuensi relatif dari masing-masing spesies. Dan dari perhitungan itulah juga didapatkan nilai penting dari masing-masing spesies. Nilai penting tertinggi dimiliki oleh spesies C, sehingga dapat dikatakan bahwa nama dari komunitas vegetasi rumput di lapangan sebelah utara AUP adalah komunitas C.
BAB
V
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan analisis perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Luas minimum yang diperlukan untuk membuat
plot dalam analisis metode kuadrat adalah 100 cm x 100 cm.
2.
Analisis vegetasi dengan variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan dan frekuensi, diperoleh nilai penting dari masing-masing
spesies, yaitu spesies A sebesar 57,32%, spesies B sebesar 57,85%, spesies C
sebesar 58,31%, spesies D sebesar 46,05%, spesies E sebesar 57,59% dan spesies
F sebesar 22,88%.
3.
Nilai penting tertinggi dimiliki oleh spesies
C, sehingga dapat disimpulkan bahwa nama komunitas vegetasi rumput di lapangan sebelah utara AUP adalah
komunitas C.
yang dimaksud dengan komposisi komunitas tumbuhan itu yang gimana?
ReplyDeleteTinjauan pustakanya sudah lengkap tapi kenapa tidak ada daftar pustaka?
ReplyDelete