BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam studi ekologi dikenal faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan dan keadaan organisme di alam, yaitu faktor non-biotik dan faktor biotik. Faktor non-biotik sendiri dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor fisik dan faktor kimia. Faktor fisik meliputi temperatur, kelembaban, intensitas cahaya, komposisi substrat berdasar substrat, dan arus. Sedangkan faktor kimia meliputi salinitas, pH, DO, BOD, dan COD. Dari tiga medium yang ada di alam, yaitu air, darat dan udara, ada yang parameternya sama, ada pula yang khusus untuk medium maupun habitat tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas (Hariyanto, dkk., 2008).
Suatu organisme yang hidup tidak pernah terlepas dari pengaruh parameter fisik dan kimia. Paramater fisik dan kimia tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain. Salah satu faktor fisik, yaitu suhu mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keberadaan dan aktivitas organisme. Sebab pada umumnya, organisme memiliki kisaran suhu tertentu supaya dapat melakukan aktivitas optimalnya. Batas kisaran tertentu biasa disebut dengan batas toleransi (Burhan, Latief, 2003).
Tinggi rendahnya suhu dipengaruhi oleh kedudukan matahari terhadap bumi (sudut datang sinar matahari), beserta lamanya penyinaran matahari. Di samping itu wujud permukaan bumi (daratan, lautan, pegunungan, kota, hutan, dan lain-lain) dan ketinggian suatu tempat, yaitu semakin tinggi suatu tempat, maka semakin rendah suhu, dan sebaliknya. Perubahan suhu umumnya dipengaruhi oleh waktu, udara, musim, tekanan udara, arus air pada geomorfologi, latitude, altitude, dan angin. Alat pengukur suhu adalah termometer. Untuk mengukur suhu di dalam suatu ruangan dan suhu di udara terbuka kita biasa menggunakan termometer maksimum dan minimum (Hariyanto, dkk., 2008).
Kelembaban juga merupakan salah satu faktor fisika yang mempunyai kaitan erat dengan suhu. Kelembaban menunjukkan banyaknya uap air di udara, bila di tanah biasanya disebut kandungan air. Alat untuk mengukur kelembaban udara adalah Sling psycrhometer. Biasanya dalam alat yang mencatat temperatur basah dan kering sudah tersedia tabel kelembaban udara. Alat ini ada yang ditempel di dinding, ada pula yang harus diputar-putar (sling psychrometer). Asumsinya adalah temperatur basah menunjukkan suhu pada kelembaban 100% atau absolut, sedang temperatur kering menunjukkan suhu pada kelembaban seadanya. Bila suhu pada temperatur kering sama dengan suhu pada temperatur basah berarti kelembaban 100%. Tampaklah bahwa ada hubungan antara suhu dan kelembaban udara (Hariyanto, dkk., 2008).
Kelembaban berubah-ubah menurut suhu dan cuaca sehingga pada musim hujan, kelembaban akan semakin tinggi dan pada musim kemarau kelembaban akan semakin turun. Hal tersebut dapat terjadi karena kelembaban merupakan fungsi dari banyaknya dan lamanya curah hujan, terdapatnya air genangan dan suhu (Hariyanto, dkk., 2008).
Untuk mengetahui hubungan antara suhu dan kelembaban dalam suatu lokasi yang berbeda (di dalam ruangan dan di udara terbuka), maka dilakukan praktikum perhitungan dan analisis karakter secara statistik untuk menentukan parameter fisika dan kimia lingkungannya.
1.2 Rumusan Permasalahan
Dalam praktikum ini perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) pada Laboratorium 124?
2. Bagaimana hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) pada Kolam Fakultas Sains dan Teknologi?
1.3 Tujuan
Dalam praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) pada Laboratorium 124
2. Mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) pada Kolam Fakultas Sains dan Teknologi
1.4 Hipotesis
1.4.1. Hipotesis kerja
Jika nilai intensitas cahaya tinggi, maka nilai kekeruhan (turbiditas) rendah.
1.4.2. Hipotesis statistika
Hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas)
H0 : Intensitas cahaya tidak memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
H1 : Intensitas cahaya memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parameter
Parameter adalah segala ukuran yang dapat menggambarkan kondisi atau keadaan dari sesuatu, misalnya untuk menggambarkan seberapa panas suatu benda, kita menggunakan parameter panas, yaitu derajat Celcius, Kelvin dan sebagainya. Untuk membandingkan dua benda atau dua obyek, maka dalam percobaan tersebut harus menggunakan parameter yang sama. Untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suhu dan kelembaban dalam suatu tempat dan kondisi tertentu, maka dalam percobaan digunakan parameter fisika dan parameter kimia untuk mengetahuinya. Parameter fisika meliputi temperatur, kelembaban, intensitas cahaya, komposisi substrat berdasar substrat, dan arus. Sedangkan parameter kimia meliputi salinitas, pH, DO, BOD, dan COD (Hariyanto, dkk., 2008).
2.1.1 Parameter Fisik
Parameter fisik merupakan parameter yang dapat dilihat atau dirasakan secara langsung. Suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya merupakan parameter fisik (P., Michael, 2007).
1. Suhu
Suhu merupakan parameter yang sangat berpengaruh terhadap keberadaan dan aktivitas organisme, sebab umumnya organisme memiliki kisaran suhu tertentu agar dapat melakukan suatu aktivitas secara optimal. Batas kisaran maksimal makhluk hidup biasa disebut batas toleransi. Suhu tidak dapat diawetkan sehingga harus diukur di lapangan. Sampel yang dibawa ke laboratorium untuk dianalisis juga harus sering kali diukur lagi suhunya di laboratorium, sebab diduga ada pengaruh lain terhadap hasil analisis yang telah dilakukan. Alat pengukur suhu namanya termometer (Hariyanto, dkk., 2008).
Ketika mengukur suhu, ketelitian yang diminta pada umumnya sampai dengan 0,1°C. Satuan suhu yang sering digunakan adalah Celcius (°C), sering juga disebut centigrade. Satuan lain adalah Reamur (°R), Kelvin (°K). Satuan suhu yang sering digunakan dalam bidang teknik dan fisika adalah satuan oK, sedang bidang biologi pada umumnya menggunakan oC (Durmishi, dkk., 2008).
Perubahan suhu dipengaruhi faktor-faktor, seperti waktu dan udara. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu mengakibatkan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi yang menyebabkan penurunan larutan gas dalam air, misalnya O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya. Selain itu, peningkatan suhu menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air dan selanjutnya peningkatan konsumsi oksigen (Durmishi, dkk., 2008).
2. Kelembaban (humiditas)
Kelembaban (humidity) menunjukkan banyaknya uap air atau air di udara, bila di tanah biasanya disebut kandungan air (mouisture, water content). Alat pengukur kelembaban udara disebut higrometer, tetapi kelembaban udara juga dapat diketahui dengan cara membandingkan suhu yang ditunjukkan oleh termometer biasa atau kering dan suhu yang ditunjukkan oleh termometer yang dibalut kain basah atau disebut termometer basah. Kesatuan termometer basah dan termometer kering ini merupakan rangkaian dari suatu alat untuk mengukur kelembaban yang biasa disebut sling psychrometer. Biasanya dalam alat yang mencatat temperatur basah dan kering sudah tersedia tabel kelembaban udara. Alat ini ada yang di tempel di dinding (Hariyanto, dkk., 2008).
Dalam pengukuran menggunakan sling psychrometer, dengan menganggap asumsinya adalah temperatur basah menunjukkan suhu pada kelembaban 100% atau absolut, sedang temperatur kering menunjukkan suhu pada kelembaban seadanya. Bila suhu pada temperatur kering sama dengan suhu pada temperatur basah berarti kelembaban 100%. Tampaklah bahwa ada hubungan antara suhu dan kelembaban udara (Hariyanto, dkk., 2008).
3. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya tentunya mempunyai pengaruh terhadap suatu lingkungan dan komponen-komponen di dalamnya. Besar atau kecilnya intensitas cahaya ditentukan oleh posisi matahari, cuaca, dan posisinya terhadap benda atau organisme lain, yaitu dalam bayangan atau tidak. Satuan intentensitas cahaya adalah lux dan alatnya dinamakan luxmeter. Semakin besar intensitas cahaya, maka suhunya juga akan semakin meningkatkan, sehingga menurunkan nilai kelembaban (Hariyanto, dkk., 2008).
2.1.2 Parameter Kimia
Parameter kimia merupakan parameter yang tidak dapat dilihat atau dirasakan secara langsung. Kekeruhan (turbiditas)dan pH termasuk parameter kimia (P., Michael, 2007).
1. Kekeruhan (turbiditas)
Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa jauh cahaya mampu menembus air, dimana cahaya yang menembus air akan mengalami pemantulan oleh bahan-bahan tersuspensi dan bahan koloidal. Satuannya adalah Nephelometric Turbidity Unit (NTU). Dalam danau atau perairan lainnya yang relatif tenang, turbiditas perairan tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh bahan koloid dan bahan-bahan hakus yang terdispersi dalam air. Dalam sungai yang mengalir, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan-bahan kasar yang terdispersi. Turbiditas penting bagi kualitas air permukaan, terutama berkenaan dengan pertimbangan estetika, daya filter, dan disinfeksi. Pada umumnya jika turbiditas meningkat, nilai estetika menurun, filtrasi air lebih sulit dan mahal, dan efektivitas desinfeksi berkurang. Turbiditas dalam perairan mungkin terjadi karena material alamiah, atau akibat aktivitas proyek, pembuangan limbah, dan operasi pengerukan (Canter, L.W., 1977).
2. pH
Kondisi asam atau basa ditentukan berdasarkan nilai pH (power of hydrogen). Nilai pH berkisar antara 0-14, yang mana pH 7 merupakan pH normal, kondisi pH kurang dari 7 menunjukkan air bersifat asam, sedangkan pH lebih dari 7 menunjukkan bahwa kondisi pH air bersifat basa.
Polusi juga bisa diindikasi dari pH yang terkait dengan konsentrasi oksigen (pH rendah pada konsentrasi oksigen rendah). pH suatu zat diukur menggunakan kertas pH universal dan pH meter (Deekae, dkk., 2010).
Polusi juga bisa diindikasi dari pH yang terkait dengan konsentrasi oksigen (pH rendah pada konsentrasi oksigen rendah). pH suatu zat diukur menggunakan kertas pH universal dan pH meter (Deekae, dkk., 2010).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang 124 Praktikum Biologi, kolam depan Sekre Himbio, dan kolam Fakultas Sains dan Teknologi Kampus C Universitas Airlangga pengukuran tersebut dilakukan sehari tiga kali, yaitu pagi antara pukul 05.00 WIB-07.00 WIB, siang antara pukul 12.00 WIB-13.00 WIB, sore antara pukul 18.00 WIB-19.00 WIB selama 24 hari, terhitung dari tanggal 22 Maret 2012 hingga 14 April 2012.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah termometer maksimum-minimum, termometer air raksa, luxmeter, sling psychrometer, pH meter, dan turbidimeter. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air kran dalam Laboratorium R. 124, air kolam depan Sekre Himbio dan air kolam Fakultas Sains dan Teknologi.
3.3 Cara Kerja
Tabel. 3.3 Cara Kerja
|
1. Suhu udara pada pagi, siang, dan sore diukur setiap hari selama 24 hari dengan termometer maksimum-minimum2. Kelembaban udara pada pagi, siang, dan sore diukur setiap hari selama 24 hari dengan Sling psychrometer (termometer basah-kering)
3. Intensitas cahaya diukur pada pagi, siang, dan sore selama 24 hari dengan luxmeter
4. Kekeruhan (turbiditas) diukur pada pagi, siang, dan sore diukur setiap hari selama 24 hari dengan turbidimeter
5. Hasil pengukuran dicatat dan data hasil pengukuran dianalisis
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data-data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Parameter Fisika dan Kimia
(Terlampir)
4.2 Analisis Data
Berikut ini adalah hasil analisis perhitungan dari data yang diperoleh:
4.2.1 Analisis Data Parameter Kekeruhan (turbiditas) dan Intensitas Cahaya di
Laboratorium 124 pada Pagi Hari
Tabel 4.2.1 Perhitungan Deskripsi Statistik
Keterangan
|
Kekeruhan
|
Intensitas Cahaya
|
Σ
|
5
|
1000
|
µ
|
0,63
|
125
|
S²
|
0,14
|
2914,29
|
max
|
1,45
|
800
|
min
|
0,23
|
30
|
SD
|
0,37
|
53,98
|
Tabel 4.2.2 Nilai Statistik untuk Uji t Regresi Parameter
Nilai Statistik untuk Uji t
Regresi Parameter
|
Kekeruhan
X
Intensitas Cahaya
|
N
|
8
|
SSx
|
0,9802
|
SSy
|
20400,0000
|
SP
|
77,7000
|
S²
|
19373,4595
|
Sb
|
140,5873
|
T
|
0,000089732
|
DF = n-2
|
6
|
t table 0,05
|
2,13
|
Tabel 4.2.3 Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi
|
Intensitas Cahaya x Kekeruhan (turbiditas)
|
r
|
0,549
|
t
|
0,621
|
Sr
|
0,341
|
Untuk menguji hasil korelasi antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) yang didapat maka perlu dilakukan uji hipotesis, yaitu :
1. H0 : Intensitas cahaya tidak memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
2. H1 : Intensitas cahaya memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
3. α tabel t : 0,05
4. Nilai t 0,05 = 0,621 (DF0,05 = 6, t = 2,13)
5. Keputusan : H0 diterima, karena t hitung 0,621 < 2,13 (t tabel)
6. Kesimpulan : Intensitas cahaya tidak memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
Grafik 4.2.1 Hubungan Intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas)
Berdasarkan grafik di atas diperoleh regresi dan korelasi antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) adalah sebagai berikut :
Regresi :
y = 79,27x + 75,457
Korelasi :
r = 0,5494
Determinan :
r2 = 0,3019
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi (r) sebesar 0,5494 (r = 0) menunjukkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas). Sedangkan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,3019 menunjukkan bahwa kekeruhan (turbiditas) sebagian besar dipengaruhi faktor lain sebesar 0,6981.
4.2.4 Analisis Data Parameter Kekeruhan (turbiditas) dan Intensitas Cahaya di
Laboratorium 124 pada Siang Hari
Tabel 4.2.4 Perhitungan Deskripsi Statistik Laboratorium 124 pada Siang Hari
Keterangan
|
Kekeruhan
|
Intensitas Cahaya
|
Σ
|
6,07
|
4345
|
µ
|
0,76
|
543,13
|
S²
|
0,08
|
313835,27
|
max
|
1,24
|
1875
|
min
|
0,48
|
150
|
SD
|
0,29
|
560
|
Tabel 4.2.5 Nilai Statistik untuk Uji t Regresi Parameter
Nilai Statistik untuk Uji t
Regresi Parameter
|
Kekeruhan
X
Intensitas Cahaya
|
N
|
8
|
SSx
|
0,5731
|
SSy
|
2196846,8750
|
SP
|
-346,5190
|
S²
|
2161926,2572
|
Sb
|
1942,2716
|
T
|
-0,000000428
|
DF = n-2
|
6
|
t table 0,05
|
2,13
|
Tabel 4.2.6 Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi
|
Intensitas Cahaya x Kekeruhan (turbiditas)
|
r
|
-0,308
|
t
|
-1,257
|
Sr
|
0,388
|
Untuk menguji hasil korelasi antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) yang didapat maka perlu dilakukan uji hipotesis, yaitu :
1. H0 : Intensitas cahaya tidak memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
2. H1 : Intensitas cahaya memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
3. α tabel t : 0,05
4. Nilai t 0,05 = -1,257 (DF0,05 = 6, t = 2,13)
5. Keputusan : H0 diterima, karena t hitung -1,257< 2,14 (t tabel)
6. Kesimpulan : Kekeruhan (turbiditas) memiliki pengaruh terhadap intensitas
cahaya
Grafik 4.2.4 Hubungan Intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas)
Berdasarkan grafik di atas diperoleh regresi dan korelasi antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) adalah sebagai berikut :
Regresi :
y = = -604,65x + 1001,9
Korelasi :
r = 0,308
Determinan :
r2 = 0,0954
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi (r) sebesar 0,308 (r = 0) menunjukkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas). Sedangkan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,0954 menunjukkan bahwa sebagian besar dipengaruhi faktor lain sebesar 0,9046.
4.2.7 Analisis Data Parameter Kekeruhan (turbiditas) dan Intensitas Cahaya di
Laboratorium 124 pada Sore Hari
Tabel 4.2.7 Perhitungan Deskripsi Statistik Laboratorium 124 pada Sore Hari
Keterangan
|
Kekeruhan
|
Intensitas Cahaya
|
Σ
|
7,76
|
1255
|
µ
|
0,49
|
78,44
|
S²
|
0,23
|
25149,55
|
max
|
1,77
|
500
|
min
|
0,32
|
20
|
SD
|
0,48
|
158,59
|
Tabel 4.2.8 Nilai Statistik untuk Uji t Regresi Parameter
Nilai Statistik untuk Uji t
Regresi Parameter
|
Kekeruhan
X
Intensitas Cahaya
|
N
|
8
|
SSx
|
1,6018
|
SSy
|
176046,8750
|
SP
|
332,9750
|
S²
|
164510,6501
|
Sb
|
320,4740
|
T
|
0,000002477
|
DF = n-2
|
6
|
t table 0,05
|
2,13
|
Tabel 4.2.9 Nilai Statistik untuk Uji t Regresi Parameter
Koefisien Korelasi
|
Intensitas Cahaya x Kekeruhan (turbiditas)
|
r
|
0,627
|
t
|
0,507
|
Sr
|
0,318
|
Untuk menguji hasil korelasi antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) yang didapat maka perlu dilakukan uji hipotesis, yaitu :
1. H0 : Intensitas cahaya tidak memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
2. H1 : Intensitas cahaya memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
3. α tabel t : 0,05
4. Nilai t 0,05 = 0,507 (DF0,05 = 6, t = 2,13)
5. Keputusan : H0 diterima, karena t hitung 0,507< 2,14 (t tabel)
6. Kesimpulan : Intensitas cahaya tidak memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
Grafik 4.2.7 Hubungan Intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas)
Berdasarkan grafik di atas diperoleh regresi dan korelasi antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) adalah sebagai berikut :
Regresi :
y = -172,12x + 323,83
Korelasi :
r = 0,5191
Determinan :
r2 = 0,2695
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi (r) sebesar 0,5191 (r = 0) menunjukkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas). Sedangkan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,2695 menunjukkan bahwa sebagian besar dipengaruhi faktor lain sebesar 0,7305.
4.2.10 Analisis Data Parameter Kekeruhan (turbiditas) dan Intensitas Cahaya di
Kolam FST 124 pada Pagi Hari
Tabel 4.2.10 Perhitungan Deskripsi Statistik Kolam FST pada Pagi Hari
Keterangan
|
Kekeruhan
|
Intensitas Cahaya
|
Σ
|
115,78
|
15165
|
µ
|
14,47
|
1895,63
|
S²
|
2,73
|
1469538,84
|
max
|
17
|
3000
|
min
|
11,28
|
295
|
SD
|
1,65
|
1212,25
|
Tabel 4.2.11 Nilai Statistik untuk Uji t Regresi Parameter
Nilai Statistik untuk Uji t
Regresi Parameter
|
Kekeruhan
|
X
| |
Intensitas Cahaya
| |
N
|
8
|
SSx
|
19,0823
|
SSy
|
10286771,8750
|
SP
|
7793,5380
|
S²
|
9756270,8749
|
Sb
|
715,0329
|
T
|
0,034242865
|
DF = n-2
|
6
|
t table 0,05
|
2,13
|
Tabel 4.2.12 Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi
|
Intensitas Cahaya x Kekeruhan (turbiditas)
|
r
|
0,556
|
t
|
0,609
|
Sr
|
0,339
|
Untuk menguji hasil korelasi antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) yang didapat maka perlu dilakukan uji hipotesis, yaitu :
1. H0 : Intensitas cahaya tidak memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
2. H1 : Intensitas cahaya memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
3. α tabel t : 0,05
4. Nilai t 0,05 = 0,609 (DF0,05 = 6, t = 2,13)
5. Keputusan : H0 diterima, karena t hitung 0,609 < 2,13 (t tabel)
6. Kesimpulan : Intensitas cahaya tidak memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
Grafik 4.2.10 Hubungan Intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas)
Berdasarkan grafik di atas diperoleh regresi dan korelasi antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) adalah sebagai berikut :
Regresi :
y = 223,43x – 1230,6
Korelasi :
r = 0,556
Determinan :
r2 = 0,3094
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi (r) sebesar 0,556 (r=0) menunjukkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas). Sedangkan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,3094 menunjukkan bahwa sebagian besar dipengaruhi faktor lain sebesar 0,6906.
4.2.13 Analisis Data Parameter Kekeruhan (turbiditas) dan Intensitas Cahaya di
Kolam FST 124 pada Siang Hari
Tabel 4.2.13 Perhitungan Deskripsi Statistik Kolam FST pada Siang Hari
Keterangan
|
Kekeruhan
|
Intensitas Cahaya
|
Σ
|
95,5
|
20850
|
µ
|
11,94
|
2606,25
|
S²
|
2,16
|
183170
|
max
|
14,20
|
3000
|
min
|
10,00
|
2000
|
SD
|
1,47
|
427,98
|
Tabel 4.2.14 Nilai Statistik untuk Uji t Regresi Parameter
Nilai Statistik untuk Uji t
Regresi Parameter
|
Kekeruhan
|
X
| |
Intensitas Cahaya
| |
N
|
16
|
SSx
|
585,1144
|
SSy
|
28452344
|
SP
|
2243
|
S²
|
28450910,5232
|
Sb
|
220,5097
|
T
|
0,001182932
|
DF = n-2
|
6
|
t table 0,05
|
2,13
|
Tabel 4.2.15 Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi
|
Intensitas Cahaya x Kekeruhan (turbiditas)
|
r
|
0,017
|
t
|
2,11
|
Sr
|
0,408
|
Untuk menguji hasil korelasi antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) yang didapat maka perlu dilakukan uji hipotesis, yaitu :
1. H0 : Intensitas cahaya tidak memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
2. H1 : intensitas cahaya memiliki pengaruh terhadap kekeruhan (turbiditas)
3. α tabel t : 0,05
4. Nilai t 0,05 = 2,11 (DF0,05 = 6, t = 2,13)
5. Keputusan : H0 diterima, karena t hitung 2,11< 2,13 (t tabel)
6. Kesimpulan : Intensitas cahaya tidak memiliki pengaruh terhadap kekeruhan (turbiditas)
Grafik 4.2.13 Hubungan Intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas)
Berdasarkan grafik di atas diperoleh regresi dan korelasi antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) adalah sebagai berikut :
Regresi :
y = 192,29x - 1915,4
Korelasi :
r = 0,428
Determinan :
r2 = 0,1837
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi (r) sebesar 0,428 menunjukkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas). Sedangkan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,1837 menunjukkan menunjukkan bahwa sebagian besar dipengaruhi faktor lain sebesar 0,8163.
4.2.14 Analisis Data Parameter Kekeruhan (turbiditas) dan Intensitas Cahaya di
Kolam FST 124 pada Siang Hari
Tabel 4.2.14 Perhitungan Deskripsi Statistik Kolam FST pada Sore Hari
Keterangan
|
Kekeruhan
|
Intensitas Cahaya
|
Σ
|
106
|
5060
|
µ
|
13,25
|
632,50
|
S²
|
3,09
|
62057,14
|
max
|
16,40
|
2300
|
min
|
11,40
|
25
|
SD
|
1,76
|
788,01
|
Tabel 4.2.15 Nilai Statistik untuk Uji t Regresi Parameter
Nilai Statistik untuk Uji t
Regresi Parameter
|
Kekeruhan
X
Intensitas Cahaya
|
N
|
8
|
SSx
|
21,60
|
Ssy
|
4346700
|
SP
|
4154
|
S²
|
4213586,0938
|
Sb
|
441,6712
|
T
|
0,000394580
|
DF = n-2
|
6
|
t table 0,05
|
2,13
|
Tabel 4.2.16 Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi
|
Intensitas Cahaya x kekeruhan (turbiditas)
|
r
|
0,428
|
t
|
0,860
|
Sr
|
0,368
|
Untuk menguji hasil korelasi antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) yang didapat maka perlu dilakukan uji hipotesis, yaitu :
1. H0 : Intensitas cahaya tidak memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
2. H1 : Intensitas cahaya memiliki pengaruh terhadap kekeruhan (turbiditas)
3. α tabel t : 0,05
4. Nilai t 0,05 = 0,860 (DF0,05 = 6, t = 2,13)
5. Keputusan : H0 diterima, karena t hitung 0,860 < 2,13 (t tabel)
6. Kesimpulan : Intensitas cahaya tidak memiliki pengaruh terhadap kekeruhan
(turbiditas)
Grafik 4.2.14 Hubungan Intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas)
Berdasarkan grafik di atas diperoleh regresi dan korelasi antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas) adalah sebagai berikut :
Regresi :
y = 192,29x - 1915,4
Korelasi :
r = 0,428
Determinan :
r2 = 0,1837
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi (r) sebesar 0,428 menunjukkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas). Sedangkan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,1837 menunjukkan menunjukkan bahwa sebagian besar dipengaruhi faktor lain sebesar 0,8163.
4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini kami mengamati parameter fisik dan kimia pada tiga tempat yang berbeda yaitu di Laboratorium 124, kolam Fakultas Sains dan Teknologi, serta kolam Sekre himbio. Parameter fisika dan kimia yang diamati adalah intensitas cahaya, suhu, kekeruhan (turbiditas), dan kelembaban. Namun analisis kami dikhususkan pada intensitas cahaya dan kekeruhan (turbiditas), serta hubungan antara kedua faktor tersebut. Di depan kolam Sekre Himbio, data intensitas cahaya tidak diamati, sehingga analisis kami hanya pada dua tempat, yaitu Laboratorium 124 dan kolam Fakultas Sains dan Teknologi. Pengamatan dilakukan pada 3 waktu yang berbeda, yaitu pagi, siang dan sore. Pagi dilakukan pengamatan pukul 05.00-07.00, siang pada pukul 12.00 dan sore pada pukul 16.00-17.00.
Pada pengamatan intensitas cahaya, diukur menggunakan luxmeter dan satuannya lux. Pengamatan dilakukan pada dua tempat. Untuk tempat pertama yaitu Laboraturium 124 dilakukan pengamatan pada pagi, siang dan sore hari. Didapatkan data untuk untuk intensitas cahaya pada pagi hari tertinggi adalah 200 lux dan intensitas cahaya terendah adalah 30 lux. Selanjutnya, data untuk intensitas cahaya pada siang hari tertinggi adalah 1875 lux dan intensitas cahaya terendah adalah 150 lux. Dan data untuk intensitas cahaya pada sore hari tertinggi adalah 500 lux dan intensitas cahaya terendah adalah 20 lux.
Pada pengamatan lokasi kedua, yaitu pada kolam Fakultas Sains dan Teknologi dilakukan dalam 3 waktu yang berbeda, sehingga didapatkan data intensitas cahaya pada pagi hari tertinggi adalah 3000 lux dan intensitas cahaya terendah adalah 295 lux. Selanjutnya, data untuk intensitas cahaya pada siang hari tertinggi adalah 3000 lux dan intensitas cahaya terendah adalah 2000 lux. Dan data untuk intensitas cahaya pada sore hari tertinggi adalah 1350 lux dan intensitas cahaya terendah adalah 25 lux.
Pengamatan yang kedua adalah mengamati kekeruhan pada dua lokasi tersebut, pada pagi hari di Laboratorium 124 didapatkan data kekeruhan tertinggi adalah 1,45 NTU dan data kekeruhan terendah adalah 0,23 NTU. Selanjutnya, data untuk kekeruhan (turbiditas) pada siang hari tertinggi adalah 1,24 NTU dan intensitas cahaya terendah adalah 0,48NTU. Dan data untuk kekeruhan (turbiditas) pada sore hari tertinggi adalah 1,77 NTU dan kekeruhan (turbiditas) terendah adalah 0,32 NTU.
Sedangkan, data pada pagi hari di Kolam Fakultas Sains dan Teknologi didapatkan data kekeruhan (turbiditas) tertinggi adalah 17,30 NTU dan data kekeruhan terendah adalah 11,28 NTU. Selanjutnya, data untuk kekeruhan (turbiditas) pada siang hari tertinggi adalah 14,20 NTU dan intensitas cahaya terendah adalah 10,00 NTU. Dan data untuk kekeruhan (turbiditas) pada sore hari tertinggi adalah 16,40 NTU dan kekeruhan (turbiditas) terendah adalah 11,40 NTU.
Dari semua data tersebut dilakukan uji T, dimana kedua faktor tersebut dihubungkan dan dilihat pengaruhnya. Pengaruh dapat terlihat dari regresi yang dibentuk yang menunjukkan relasi antara keduanya. Pada grafik pertama yang merupakan grafik antara intensitas cahaya dengan kekeruhan pada pagi hari di Laboratorium 124 menghasilkan persamaan garis regresi sebesar y = 79.27x + 75.45, korelasi sebesar r = 0,5494 , determinan sebesar r2 = 0,3019 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi (r) sebesar 0,5494 (r = 0) menunjukkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas). Sedangkan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,3019 menunjukkan bahwa kekeruhan (turbiditas) sebagian besar dipengaruhi faktor lain sebesar 0,6981.
Pada grafik kedua yang merupakan grafik Hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan pada siang hari di Laboratorium 124 yang menghasilkan persamaan garis regresi sebesar y = -604,65x + 1001,9, korelasi sebesar r = 0,308, determinan sebesar r2 = 0,0954. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi (r) sebesar 0,308 (r = 0) menunjukkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas). Sedangkan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,0954 menunjukkan bahwa sebagian besar dipengaruhi faktor lain sebesar 0,9046.
Pada grafik ketiga yang merupakan grafik intensitas cahaya dengan kekeruhan pada sore hari di Laboratorium 124 yang menghasilkan persamaan garis regresi sebesar y = -172,12x + 323,83, korelasi sebesar r = 0,5191,determinan sebesar r2 = 0,2695. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi (r) sebesar 0,5191 (r = 0) menunjukkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas). Sedangkan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,2695 menunjukkan bahwa sebagian besar dipengaruhi faktor lain sebesar 0,7305.
Pada grafik keempat yang merupakan grafik intensitas cahaya dengan kekeruhan pada pagi hari di Kolam FST yang menghasilkan persamaan garis regresi sebesar y = 223,43x – 1230,6 , korelasinya sebesar r = 0,556,determinan sebesar r2 = 0,3094. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi (r) sebesar 0,556 (r=0) menunjukkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas). Sedangkan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,3094 menunjukkan bahwa sebagian besar dipengaruhi faktor lain sebesar 0,6906.
Pada grafik kelima yang merupakan grafik intensitas cahaya dengan kekeruhan pada siang hari di Kolam FST yang menghasilkan persamaan garis regresi sebesar y = 192,29x - 1915,4, korelasi sebesar r = 0,428 , determinan sebesar r2 = 0,1837. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi (r) sebesar 0,428 menunjukkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas). Sedangkan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,1837 menunjukkan menunjukkan bahwa sebagian besar dipengaruhi faktor lain sebesar 0,8163.
Grafik yang terakhir yaitu grafik keenam merupakan grafik Hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan pada sore Hari di Kolam FST yang menghasilkan persamaan garis regresi sebesar y = 192,29x - 1915,4, korelasi sebesar r = 0,428, determinan sebesar r2 = 0,1837. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi (r) sebesar 0,428 menunjukkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas). Sedangkan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,1837 menunjukkan menunjukkan bahwa sebagian besar dipengaruhi faktor lain sebesar 0,8163.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan analisis perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hipotesis untuk pengaruh intensitas cahaya terhadap kekeruhan (turbiditas) di Laboratorium 124 yang dikemukakan tidak sesuai, karena t hitung 0,620 < 2,13 (t tabel) pada pagi hari, t hitung -1,257 < 2,13 (t tabel)
pada siang hari, dan t hitung 0,507 < 2,13 (t tabel) pada sore hari, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas).
2. Hipotesis untuk pengaruh intensitas cahaya terhadap kekeruhan (turbiditas) di Kolam FST yang dikemukakan tidak sesuai, karena t hitung t hitung 0,609 < 2,13 (t tabel) pada pagi hari, t hitung - t hitung 2,11< 2,13 (t tabel) pada siang hari, dan t hitung t hitung 0,860 < 2,13 (t tabel), maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kekeruhan (turbiditas).
DAFTAR PUSTAKA
Burhan, Latief . 2003 . Dasar-dasar Ekologi. Airlangga. Surabaya : Penerbit
Universias Airlangga (Airlangga Press)
Canter, L.W. 1977. Environmental Impact Assessment. New York: McGraw-Hill
Book Company
Deekae, S.N., J.F.N. Abowei & A.C. Chindah. 2010. Some Physical and
Chemical Parameters of Luubara Creek, Ogoni Land, Niger Delta, Nigeria. Research Journal of Environmental and Earth Sciences. Vol. 2. Nigeria : Niger Book Company, pp. 199–207
Durmishi, et al. 2008. The physical, physical-chemical and chemical parameters
determination of river water Shkumbini part A. Phil: Balwois
Hariyanto, Sucipto, dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Penerbit
Universias Airlangga (Airlangga Press)
Purba, Michael. 2007 . Kimia 2 untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga.
Comments
Post a Comment